Pages

Ads 468x60px

Selasa, 01 Juli 2014

[ 1 TON EMAS ]


Segala emas yang dipakai untuk segala pekerjaan mendirikan tempat kudus itu....ada dua puluh sembilan talenta dan tujuh ratus tiga puluh syikal....[Keluaran 38:24]

Pernahkan Anda menghitung berapa banyak emas, perak, dan tembaga yang dikumpulkan bangsa Israel untuk membangun Kemah Suci? Apabila dihitung dengan konversi takaran masa kini, 1 syikal setara dengan 11,4 gram, dan 1 talenta setara dengan 34 kilogram. Maka, seluruh emas yang dikumpulkan bangsa Israel untuk membangun Kemah Suci dan isinya adalah sekitar 1 ton! Dengan harga emas Rp 500.000,00 per gram maka nilai emas yang mereka bawa adalah sekitar 500 miliar Rupiah! Belum termasuk perak dan tembaga yang juga terkumpul sangat banyak saat itu.

Ini tentu nilai harta yang sangat banyak, apalagi bagi sekumpulan orang yang baru saja dibebaskan dari perbudakan. Dari manakah mereka mendapatkan harta sebanyak itu? Alkitab mencatat bahwa harta tersebut mereka peroleh dari Tuhan, melalui orang-orang Mesir: "Dan Tuhan membuat orang Mesir bermurah hati terhadap bangsa itu, sehingga memenuhi permintaan mereka" Keluaran 12:36. Artinya, harta yang mereka persembahkan bagi Tuhan ini sebenarnya berasal dari Tuhan juga.

Apabila direnungkan, bukankah demikian pula asal harta yang kita miliki? Setiap berkat itu datang dari Tuhan. Dan, diberikan kepada kita melalui tangan orang-orang yang Tuhan pakai. Dengan kesadaran seperti ini, selayaknya kita meneladani apa yang dilakukan bangsa Israel. Ketika Tuhan Sang Pemberi berkat itu meminta mereka memberi persembahan, mereka menyerahkan harta yang dimiliki tanpa menahan-nahan. Apabila saat ini ada pekerjaan Tuhan yang menanti uluran tangan Anda, jangan ragu untuk memberi dengan sukacita.

KARENA SEGALA YANG KITA MILIKI BERASAL DARI TUHAN BERILAH PERSEMBAHAN BAGI-NYA TANPA MENAHAN-NAHAN

[ INVESTASI WAKTU ]



....aku diajari ayahku, katanya kepadaku: "Biarlah hatimu memegang perkataanku; berpeganglah pada petunjuk-petunjukKu, maka engkau akan hidup" [Amsal 4:4]

Seorang tokoh politik serta diplomat Amerika abad ke-19, Charles Francis Adams, punya buku harian. Suatu saat, di buku itu ia menulis: "Hari ini saya memancing dengan anak laki-laki saya- satu hari terbuang percuma." Ternyata, putranya, Brook Adams, juga memiliki buku harian. Dan, pada hari yang sama tersebut, Brook Adams menulis: "Pergi memancing dengan Ayah-ini sungguh hari paling menyenangkan di hidupku!" Perbedaan pandangan terhadap suatu pengalaman yang sama. Yang satu merasa membuang waktu, yang lain merasa sang ayah memberi investasi waktu yang berharga baginya.

Beda cara pandang seperti ini mungkin kerap terjadi. Kita merasa membuang waktu saat "hanya" bermain berbincang dengan anak-anak. Padahal bagi mereka, itulah tabungan emosi dan kepercayaan yang mereka dapat dari kebersamaan dengan orangtua. Dan, inilah keadilan Tuhan; kasih itu dapat dinyatakan dengan sesuatu yang dapat dilakukan tiap orangtua: investasi waktu-yang tak menuntut kita untuk selalu keluar uang. Anak-anak hanya perlu kita ada bersama mereka, punya waktu mendengar mereka, punya kesempatan menyentuh mereka dengan kasih nan menenteramkan.

Salomo adalah salah satu tokoh Alkitab yang tercatat karena kebijaksanaan, kemasyhuran, kesuksesan. Namun, siapakah pribadi di balik ke berhasilannya itu? Betulkah ia menyebut- nyebut ayahnya-yang berperan mendidik dan menasihatinya? Bacaan hari ini menunjukkan hal itu. Daud, ayah Salomo, memberi waktu yang ia punya untuk mengarahkan putranya agar hidup di jalan Tuhan. Dan, kita telah melihat hasilnya. Maka, sesibuk-sibuknya kita sebagai orangtua, mari prioritaskan selalu waktu untuk anak.

ANAK YANG MENCAPAI KEBERHASILAN DI HIDUPNYA DIBESARKAN OLEH ORANGTUA YANG PUNYA WAKTU UNTUKNYA & RENUNGKANLAH PARA BAPAK-BAPAK!

[ BALAS MELUKAI ]


Janganlah berkata: "Sebagaimana ia memperlakukan aku, demikian Kuperlakukan dia. Aku membalas orang menurut perbuatannya" [Amsal 24:29]

Adi yang berusia 7 tahun menangis di ruangan tamu. Ketika di tengok ibunya, ternyata ia menangis karena rambutnya ditarik-tarik oleh Bram, adiknya. "Sudahlah, Adi jangan marah," kata si ibu. "Adikmu baru 3 tahun. Ia belum tahu bahwa rambut itu sakit kalau ditarik." Setelah tangisnya reda, si ibu kembali ke dapur. Namun, sesaat kemudian terdengar Bram yang menangis! "Ada apa lagi?" tanya si ibu kesal. Seketika Adi menjawab dari ruang tamu: "Bu, sekarang Bram sudah tahu rasanya!"

Orang yang terluka biasanya terdorong untuk membalas. Terkadang tanpa disadari. Rasa dendam yang menyelinap di hati membuat kita tak lagi bebas mengasihi semua orang. Bagaimana mengatasinya? Petrus menasihati agar kita "hidup sebagai orang merdeka" . Seseorang disebut merdeka jika jiwanya bebas dari dendam. Bebas dari niat membalas kejahatan dengan balik berbuat jahat. Dengan jiwa yang merdeka, kita bisa menghormati semua orang, termasuk majikan yang bengis terhadap kita. Petrus jadikan Yesus sebagai contoh. Ketika dicaci maki hati-Nya terluka, tetapi Dia tidak balas melukai orang. Apa rahasianya? Dia menyerahkan urusan pembalasan itu kepada Bapa!

Adakah dendam dalam hati Anda? Niat balas dendam membuat hati tidak bisa lagi bening. Pikiran jadi ruwet. Bahkan, bisa membuat kita nekat berbuat jahat. Kadang kala orang yang tidak melukai kita pun bisa kena getahnya. Pembalasan itu melumpuhkan dan membahayakan! Lebih baik serahkan sakit hati kita kepada Allah. Mintalah kepada Dia untuk mengambil alih perkara itu dan membebaskan jiwa Anda.

PEMBALASAN HANYA AKAN MELUMPUHKAN ANDA IA TIDAK BISA MEMBEBASKAN ANDA.

[ ORANG FASIK & ORANG BENAR ]



Tuhan mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan [Mazmur 1:6]

Kitab Mazmur mengisahkan hubungan antara orang beriman dan Tuhan. tak salah jika pengumpul Kitab Mazmur meletakkan Mazmur 1 ini menjadi bagian pertama dari kumpulan Mazmur. Dengan tegas, pemazmur menasihati agar orang beriman jangan hidup sembrono. Sekalipun "cuma" duduk diling
kungan pencemooh dan berdiri dilingkungan orang berdosa, itu bisa membuatnya terjerumus. Sebab, dosa akan melahirkan dosa. Maka, kita dinasihati supaya mengenal siapa orang fasik, siapa orang benar, dan menjaga hati kita saat bergaul dengan banyak orang.

Orang fasik ialah orang yang mengetahui kebenaran, tetapi mengabaikannya. Malah, hidupnya begitu banyak diisi dengan keinginan guna menyenangkan orang lain. Ia tak memiliki prinsip, hidupnya menjadi seperti sekam yang diterbangkan kian kemari oleh badai hidup. Walau bisa tampak hebat, tetapi dengan mudah ia bisa lenyap hingga tak berbekas.

Orang benar ialah orang yang bergaul dekat dengan Tuhan lewat firman-Nya. Hidupnya terus "bertumbuh seperti pohon yang ditanami di tepi sungai". Maka, sekalipun badai mengguncang dan panas terik melanda, ia tetap kokoh, bahkan terus berbuah. Inilah tanda orang yang bergaul dengan Tuhan: hidupnya banyak memberkati orang lain dengan kebaikan dan kebenaran. Selain itu, secara pribadi ia diberkati dengan kebahagiaan dan kepuasan, sebab hidupnya melakat kepada Sang Sumber Hidup.

Jaga hati kita dalam pergaulan dengan penuh kewaspadaan. Jadilah orang yang mengalami kepuasan dan kebahagiaan, serta menjadi berkat bagi orang lain. Yakni, dengan bergaul karib dengan Tuhan, melalui firman-Nya.

RAHASIA HIDUP YANG BERHASIL ADA PADA KETERLEKATAN KITA KEPADA SANG PENCIPTA.

[ KURBAN PENGGANTI ]


Sebab oleh satu kurban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang dikuduskan [Ibrani 10:14]

Dalam perjanjian lama, apabila seseorang ingin beribadah kepada Tuhan, ia harus membawa kurban persembahan sebagai pengganti dosanya. Orang itu dianggap tidak berlayak menghadap Tuhan tanpa ada kurban yang dibawa untuk dipersembahkan. Kurban yang digunakan harus berupa ternak, seperti lembu, sapi, kambing, domba, burung tekukur, atau merpati [Imamat 1:2-14]

Akitab berkata bahwa tanpa pertumpahan darah, tidak ada pengampunan [Ibrani 9:22]. Untuk itulah perlu kurban pengganti dosa. Kurban yang digunakan harus sempurna, tak bercacat. Imam tidak akan memeriksa orang yang membawa persembahan, tetapi ia akan melihat dan memeriksa kurban yang dipersembahkan. Jadi, orang itu dilayakkan menghadap Tuhan bukan karena dirinya, melainkan karena kurban penggantinya!

Segala kurban itu sudah disempurnakan Yesus di kayu salib. Dia tidak hanya bertindak sebagai Imam Besar untuk menjadi perantara Allah dan manusia, tetapi juga menjadi kurban pengganti. Saat kita menghampiri Allah, Dia tidak melihat diri kita yang berdosa. Dia melihat Yesus yang menjadi kurban penebus dosa, jika kita bisa layak memiliki hubungan dengan Allah, itu semata karena kurban Yesus bagi kita. Itu sebabnya keselamatan yang kita dapat bukan hasil usaha sendiri, melainkan kasih karunia Allah.

Memiliki kesadaran bahwa kita berkenan dihadapan Tuhan semata-mata oleh karena darah Yesus, bukan karena siapa kita atau segala hal yang kita kerjakan. Dengan demikian, setiap pelayanan kita akan dilandasi oleh motivasi yang benar: kita adalah orang-orang yang dibenarkan oleh darah Yesus.

TUHAN TIDAK MELIHAT MANUSIA BERDOSA DIA HANYA MELIHAT KURBAN PENGGANTI!

[ TIDAK MEMPERMALUKAN ]



Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di depan umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam [Matius 1:19]

Pernikahan Anda dengan tunangan Anda sudah dekat. Anda berdua saling mencintai dan menjaga diri sampai pernikahan terjalin secara sah. Namun, tiba-tiba tunangan Anda mengaku hamil....dan bukan karena Anda. Itulah tamparan yang dialami Yusuf. Berdasar apa yang diketahuinya, ia berhak mempersoalkan ketidaksetiaan itu sampai masyarakat mengetahuinya. Namun. ia memilih tidak mempermalukan Maria. Ia mengambil jalan sulit: hendak menceraikannya diam-diam agar gadis itu tak menanggung aib. Sikap itu juga memperlihatkan bahwa ia rela dianggap turut bersalah dalam perkara itu.

Kita tak tahu persis apa yang bergejolak di hati Yusuf. Kita maklum jika darahnya mendidih mendengar pengakuan Maria. Namun, setelah amarahnya surut, mungkin ia tercenung, sadar bahwa tak seorang pun bebas dari kesalahan. Mungkin ia terkenang riwayat leluhurnya yang tak luput dari berbagai peristiwa memalukan Matius 1:1-17. Atau, mungkin terlintas dalam hatinya, perkataan yang kelak diucapkan Anak dalam kandungan itu: "Siapa saja di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu" Yohanes 8:7.

Matius mencatat Yusuf sebagai orang yang tulus hati. Dalam terjemahan lain: orang mursyid; orang benar; orang saleh. Ia benar, justru karena tidak membenarkan diri dan mempertahankan haknya. Ia benar, dan karenanya menunjukkan belas kasihan. Alih-alih mempermalukan, ia mengejar pemulihan. Dalam kasus Maria, "pelanggaran" yang terjadi bukanlah kesalahannya. Namun, andaikata kita diperhadapkan pada orang lain yang melakukan pelanggaran, siapakah di antara kita yang bersedia mengikuti jejak Yusuf?

ORANG BENAR BAHKAN BERSEDIA "MENYERAP" KESALAHAN UNTUK MEMULIHKAN SI PELAKU PELANGGARAN.

[ HABIS GELAP TERBITLAH TERANG ]



...seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada diatas bahunya, dan namanya disebut orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai [Yesaya 9:5]

Masa depan yang suram kerap digambarkan seperti sebuah lorong gelap yang terasa tak berujung. Tanpa keyakinan bahwa di ujung lorong itu ada titik terang, sedikit sekali orang yang sanggup bertahan menjalani masa "lorong gelap" ini. Hanya pengharapan bahwa masa depan akan lebih baik dari masa kini yang dapat membangkitkan semangat hidup.

Nubuat Yesaya ini juga hadir dan menjadi harapan: "habis gelap terbitlah terang". Secara ekonomis, bangsa Israel bersukacita karena terlepas dari hukuman Tuhan dan merasakan kegembiraan karena panen yang melimpah. Secara politik, mereka tidak lagi terancam oleh bangsa adikuasa. Namun, sejatinya nubuat ini lebih menunjuk pada masa depan yang lebih gemilang, yaitu ketika Mesias, keturunan Daud, hadir dalam panggung sejarah Israel dan dunia. Dialah yang akan membawa pemulihan. Dan, tidak sekadar pemulihan ekonomi dan politik. Lihat saja gelar-gelar-Nya: Penasihat Ajaib, Allah Perkasa, Bapa yang kekal, Raja Damai. Dengan kebesaran-Nya itu, Dia akan menegakkan Kerajaan di bumi ini! Dan, kerajaan-Nya yang kekal akan menghasilkan keadilan, kebenaran, dan kedamaian bagi setiap penduduknya.

Dulu, ketika kita terbelunggu dalam dosa, hidup kita tak punya pengharapan karena ada di bawah bayang-bayang penghukuman Allah yang adil. Namun kini dan kemudian, kelahiran, kematian, dan kebangkitan-Nya mematahkan belenggu dosa itu sehingga kita benar-benar dimerdekakan oleh Kristus. jadi, marilah kita, sebagai orang yang menang, hidup di dalam kebenaran dan membagikan harapan damai sejahtera kepada setiap orang.

WALAU DUNIA MEMBUAT DAMAI SEJAHTERA TERENGGUT KRISTUS MAMPU MEMBERI PENGHARAPAN DAN SEMANGAT BARU.

Pages - Menu

 
 
Blogger Templates