skip to main |
skip to sidebar
Segala
emas yang dipakai untuk segala pekerjaan mendirikan tempat kudus
itu....ada dua puluh sembilan talenta dan tujuh ratus tiga puluh
syikal....[Keluaran 38:24]
Pernahkan Anda menghitung berapa
banyak emas, perak, dan tembaga yang dikumpulkan bangsa Israel untuk
membangun Kemah Suci? Apabila dihitung dengan konversi takaran masa
kini, 1 syikal setara dengan 11,4 gram, dan 1 talenta
setara dengan 34 kilogram. Maka, seluruh emas yang dikumpulkan bangsa
Israel untuk membangun Kemah Suci dan isinya adalah sekitar 1 ton!
Dengan harga emas Rp 500.000,00 per gram maka nilai emas yang mereka
bawa adalah sekitar 500 miliar Rupiah! Belum termasuk perak dan tembaga
yang juga terkumpul sangat banyak saat itu.
Ini tentu nilai
harta yang sangat banyak, apalagi bagi sekumpulan orang yang baru saja
dibebaskan dari perbudakan. Dari manakah mereka mendapatkan harta
sebanyak itu? Alkitab mencatat bahwa harta tersebut mereka peroleh dari
Tuhan, melalui orang-orang Mesir: "Dan Tuhan membuat orang Mesir
bermurah hati terhadap bangsa itu, sehingga memenuhi permintaan mereka"
Keluaran 12:36. Artinya, harta yang mereka persembahkan bagi Tuhan ini
sebenarnya berasal dari Tuhan juga.
Apabila direnungkan,
bukankah demikian pula asal harta yang kita miliki? Setiap berkat itu
datang dari Tuhan. Dan, diberikan kepada kita melalui tangan orang-orang
yang Tuhan pakai. Dengan kesadaran seperti ini, selayaknya kita
meneladani apa yang dilakukan bangsa Israel. Ketika Tuhan Sang Pemberi
berkat itu meminta mereka memberi persembahan, mereka menyerahkan harta
yang dimiliki tanpa menahan-nahan. Apabila saat ini ada pekerjaan Tuhan
yang menanti uluran tangan Anda, jangan ragu untuk memberi dengan
sukacita.
KARENA SEGALA YANG KITA MILIKI BERASAL DARI TUHAN BERILAH PERSEMBAHAN BAGI-NYA TANPA MENAHAN-NAHAN
....aku
diajari ayahku, katanya kepadaku: "Biarlah hatimu memegang perkataanku;
berpeganglah pada petunjuk-petunjukKu, maka engkau akan hidup" [Amsal
4:4]
Seorang tokoh politik serta diplomat Amerika abad ke-19,
Charles Francis Adams, punya buku harian. Suatu saat, di buku itu ia
menulis: "Hari ini saya memancing dengan anak laki-laki saya- satu hari
terbuang percuma." Ternyata, putranya,
Brook Adams, juga memiliki buku harian. Dan, pada hari yang sama
tersebut, Brook Adams menulis: "Pergi memancing dengan Ayah-ini sungguh
hari paling menyenangkan di hidupku!" Perbedaan pandangan terhadap suatu
pengalaman yang sama. Yang satu merasa membuang waktu, yang lain merasa
sang ayah memberi investasi waktu yang berharga baginya.
Beda
cara pandang seperti ini mungkin kerap terjadi. Kita merasa membuang
waktu saat "hanya" bermain berbincang dengan anak-anak. Padahal bagi
mereka, itulah tabungan emosi dan kepercayaan yang mereka dapat dari
kebersamaan dengan orangtua. Dan, inilah keadilan Tuhan; kasih itu dapat
dinyatakan dengan sesuatu yang dapat dilakukan tiap orangtua: investasi
waktu-yang tak menuntut kita untuk selalu keluar uang. Anak-anak hanya
perlu kita ada bersama mereka, punya waktu mendengar mereka, punya
kesempatan menyentuh mereka dengan kasih nan menenteramkan.
Salomo adalah salah satu tokoh Alkitab yang tercatat karena
kebijaksanaan, kemasyhuran, kesuksesan. Namun, siapakah pribadi di balik
ke berhasilannya itu? Betulkah ia menyebut- nyebut ayahnya-yang
berperan mendidik dan menasihatinya? Bacaan hari ini menunjukkan hal
itu. Daud, ayah Salomo, memberi waktu yang ia punya untuk mengarahkan
putranya agar hidup di jalan Tuhan. Dan, kita telah melihat hasilnya.
Maka, sesibuk-sibuknya kita sebagai orangtua, mari prioritaskan selalu
waktu untuk anak.
ANAK YANG MENCAPAI KEBERHASILAN DI HIDUPNYA
DIBESARKAN OLEH ORANGTUA YANG PUNYA WAKTU UNTUKNYA & RENUNGKANLAH
PARA BAPAK-BAPAK!
Janganlah
berkata: "Sebagaimana ia memperlakukan aku, demikian Kuperlakukan dia.
Aku membalas orang menurut perbuatannya" [Amsal 24:29]
Adi yang
berusia 7 tahun menangis di ruangan tamu. Ketika di tengok ibunya,
ternyata ia menangis karena rambutnya ditarik-tarik oleh Bram, adiknya.
"Sudahlah, Adi jangan marah," kata si ibu. "Adikmu baru 3 tahun. Ia
belum tahu bahwa rambut itu sakit kalau
ditarik." Setelah tangisnya reda, si ibu kembali ke dapur. Namun, sesaat
kemudian terdengar Bram yang menangis! "Ada apa lagi?" tanya si ibu
kesal. Seketika Adi menjawab dari ruang tamu: "Bu, sekarang Bram sudah
tahu rasanya!"
Orang yang terluka biasanya terdorong untuk
membalas. Terkadang tanpa disadari. Rasa dendam yang menyelinap di hati
membuat kita tak lagi bebas mengasihi semua orang. Bagaimana
mengatasinya? Petrus menasihati agar kita "hidup sebagai orang merdeka" .
Seseorang disebut merdeka jika jiwanya bebas dari dendam. Bebas dari
niat membalas kejahatan dengan balik berbuat jahat. Dengan jiwa yang
merdeka, kita bisa menghormati semua orang, termasuk majikan yang bengis
terhadap kita. Petrus jadikan Yesus sebagai contoh. Ketika dicaci maki
hati-Nya terluka, tetapi Dia tidak balas melukai orang. Apa rahasianya?
Dia menyerahkan urusan pembalasan itu kepada Bapa!
Adakah
dendam dalam hati Anda? Niat balas dendam membuat hati tidak bisa lagi
bening. Pikiran jadi ruwet. Bahkan, bisa membuat kita nekat berbuat
jahat. Kadang kala orang yang tidak melukai kita pun bisa kena getahnya.
Pembalasan itu melumpuhkan dan membahayakan! Lebih baik serahkan sakit
hati kita kepada Allah. Mintalah kepada Dia untuk mengambil alih perkara
itu dan membebaskan jiwa Anda.
PEMBALASAN HANYA AKAN MELUMPUHKAN ANDA IA TIDAK BISA MEMBEBASKAN ANDA.
Tuhan mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan [Mazmur 1:6]
Kitab Mazmur mengisahkan hubungan antara orang beriman dan Tuhan. tak
salah jika pengumpul Kitab Mazmur meletakkan Mazmur 1 ini menjadi bagian
pertama dari kumpulan Mazmur. Dengan tegas, pemazmur menasihati agar
orang beriman jangan hidup sembrono. Sekalipun "cuma" duduk dilingkungan
pencemooh dan berdiri dilingkungan orang berdosa, itu bisa membuatnya
terjerumus. Sebab, dosa akan melahirkan dosa. Maka, kita dinasihati
supaya mengenal siapa orang fasik, siapa orang benar, dan menjaga hati
kita saat bergaul dengan banyak orang.
Orang fasik ialah orang
yang mengetahui kebenaran, tetapi mengabaikannya. Malah, hidupnya begitu
banyak diisi dengan keinginan guna menyenangkan orang lain. Ia tak
memiliki prinsip, hidupnya menjadi seperti sekam yang diterbangkan kian
kemari oleh badai hidup. Walau bisa tampak hebat, tetapi dengan mudah ia
bisa lenyap hingga tak berbekas.
Orang benar ialah orang yang
bergaul dekat dengan Tuhan lewat firman-Nya. Hidupnya terus "bertumbuh
seperti pohon yang ditanami di tepi sungai". Maka, sekalipun badai
mengguncang dan panas terik melanda, ia tetap kokoh, bahkan terus
berbuah. Inilah tanda orang yang bergaul dengan Tuhan: hidupnya banyak
memberkati orang lain dengan kebaikan dan kebenaran. Selain itu, secara
pribadi ia diberkati dengan kebahagiaan dan kepuasan, sebab hidupnya
melakat kepada Sang Sumber Hidup.
Jaga hati kita dalam
pergaulan dengan penuh kewaspadaan. Jadilah orang yang mengalami
kepuasan dan kebahagiaan, serta menjadi berkat bagi orang lain. Yakni,
dengan bergaul karib dengan Tuhan, melalui firman-Nya.
RAHASIA HIDUP YANG BERHASIL ADA PADA KETERLEKATAN KITA KEPADA SANG PENCIPTA.
Sebab oleh satu kurban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang dikuduskan [Ibrani 10:14]
Dalam perjanjian lama, apabila seseorang ingin beribadah kepada Tuhan,
ia harus membawa kurban persembahan sebagai pengganti dosanya. Orang itu
dianggap tidak berlayak menghadap Tuhan tanpa ada kurban yang dibawa
untuk dipersembahkan. Kurban yang digunakan harus berupa ternak, seperti lembu, sapi, kambing, domba, burung tekukur, atau merpati [Imamat 1:2-14]
Akitab berkata bahwa tanpa pertumpahan darah, tidak ada pengampunan
[Ibrani 9:22]. Untuk itulah perlu kurban pengganti dosa. Kurban yang
digunakan harus sempurna, tak bercacat. Imam tidak akan memeriksa orang
yang membawa persembahan, tetapi ia akan melihat dan memeriksa kurban
yang dipersembahkan. Jadi, orang itu dilayakkan menghadap Tuhan bukan
karena dirinya, melainkan karena kurban penggantinya!
Segala
kurban itu sudah disempurnakan Yesus di kayu salib. Dia tidak hanya
bertindak sebagai Imam Besar untuk menjadi perantara Allah dan manusia,
tetapi juga menjadi kurban pengganti. Saat kita menghampiri Allah, Dia
tidak melihat diri kita yang berdosa. Dia melihat Yesus yang menjadi
kurban penebus dosa, jika kita bisa layak memiliki hubungan dengan
Allah, itu semata karena kurban Yesus bagi kita. Itu sebabnya
keselamatan yang kita dapat bukan hasil usaha sendiri, melainkan kasih
karunia Allah.
Memiliki kesadaran bahwa kita berkenan
dihadapan Tuhan semata-mata oleh karena darah Yesus, bukan karena siapa
kita atau segala hal yang kita kerjakan. Dengan demikian, setiap
pelayanan kita akan dilandasi oleh motivasi yang benar: kita adalah
orang-orang yang dibenarkan oleh darah Yesus.
TUHAN TIDAK MELIHAT MANUSIA BERDOSA DIA HANYA MELIHAT KURBAN PENGGANTI!
Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau
mencemarkan nama isterinya di depan umum, ia bermaksud menceraikannya
dengan diam-diam [Matius 1:19]
Pernikahan Anda dengan tunangan
Anda sudah dekat. Anda berdua saling mencintai dan menjaga diri sampai
pernikahan terjalin secara sah. Namun, tiba-tiba tunangan Anda mengaku
hamil....dan bukan karena Anda. Itulah
tamparan yang dialami Yusuf. Berdasar apa yang diketahuinya, ia berhak
mempersoalkan ketidaksetiaan itu sampai masyarakat mengetahuinya. Namun.
ia memilih tidak mempermalukan Maria. Ia mengambil jalan sulit: hendak
menceraikannya diam-diam agar gadis itu tak menanggung aib. Sikap itu
juga memperlihatkan bahwa ia rela dianggap turut bersalah dalam perkara
itu.
Kita tak tahu persis apa yang bergejolak di hati Yusuf.
Kita maklum jika darahnya mendidih mendengar pengakuan Maria. Namun,
setelah amarahnya surut, mungkin ia tercenung, sadar bahwa tak seorang
pun bebas dari kesalahan. Mungkin ia terkenang riwayat leluhurnya yang
tak luput dari berbagai peristiwa memalukan Matius 1:1-17. Atau, mungkin
terlintas dalam hatinya, perkataan yang kelak diucapkan Anak dalam
kandungan itu: "Siapa saja di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia
yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu" Yohanes 8:7.
Matius mencatat Yusuf sebagai orang yang tulus hati. Dalam terjemahan
lain: orang mursyid; orang benar; orang saleh. Ia benar, justru karena
tidak membenarkan diri dan mempertahankan haknya. Ia benar, dan
karenanya menunjukkan belas kasihan. Alih-alih mempermalukan, ia
mengejar pemulihan. Dalam kasus Maria, "pelanggaran" yang terjadi
bukanlah kesalahannya. Namun, andaikata kita diperhadapkan pada orang
lain yang melakukan pelanggaran, siapakah di antara kita yang bersedia
mengikuti jejak Yusuf?
ORANG BENAR BAHKAN BERSEDIA "MENYERAP" KESALAHAN UNTUK MEMULIHKAN SI PELAKU PELANGGARAN.
...seorang
putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada diatas
bahunya, dan namanya disebut orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa,
Bapa yang Kekal, Raja Damai [Yesaya 9:5]
Masa depan yang suram
kerap digambarkan seperti sebuah lorong gelap yang terasa tak berujung.
Tanpa keyakinan bahwa di ujung lorong itu ada titik terang, sedikit
sekali orang yang sanggup bertahan
menjalani masa "lorong gelap" ini. Hanya pengharapan bahwa masa depan
akan lebih baik dari masa kini yang dapat membangkitkan semangat hidup.
Nubuat Yesaya ini juga hadir dan menjadi harapan: "habis gelap
terbitlah terang". Secara ekonomis, bangsa Israel bersukacita karena
terlepas dari hukuman Tuhan dan merasakan kegembiraan karena panen yang
melimpah. Secara politik, mereka tidak lagi terancam oleh bangsa
adikuasa. Namun, sejatinya nubuat ini lebih menunjuk pada masa depan
yang lebih gemilang, yaitu ketika Mesias, keturunan Daud, hadir dalam
panggung sejarah Israel dan dunia. Dialah yang akan membawa pemulihan.
Dan, tidak sekadar pemulihan ekonomi dan politik. Lihat saja
gelar-gelar-Nya: Penasihat Ajaib, Allah Perkasa, Bapa yang kekal, Raja
Damai. Dengan kebesaran-Nya itu, Dia akan menegakkan Kerajaan di bumi
ini! Dan, kerajaan-Nya yang kekal akan menghasilkan keadilan, kebenaran,
dan kedamaian bagi setiap penduduknya.
Dulu, ketika kita
terbelunggu dalam dosa, hidup kita tak punya pengharapan karena ada di
bawah bayang-bayang penghukuman Allah yang adil. Namun kini dan
kemudian, kelahiran, kematian, dan kebangkitan-Nya mematahkan belenggu
dosa itu sehingga kita benar-benar dimerdekakan oleh Kristus. jadi,
marilah kita, sebagai orang yang menang, hidup di dalam kebenaran dan
membagikan harapan damai sejahtera kepada setiap orang.
WALAU DUNIA MEMBUAT DAMAI SEJAHTERA TERENGGUT KRISTUS MAMPU MEMBERI PENGHARAPAN DAN SEMANGAT BARU.