Pages

Ads 468x60px

Senin, 30 Juni 2014

[ JERAT KEMISKINAN ]



Apabila saudaramu jatuh miskin, sehingga tidak sanggup bertahan di antaramu, maka engkau harus menyokong dia....supaya ia dapat hidup di antaramu [Imamat 25:35]

Gokal ialah nama seorang petani miskin di India. Begitu miskinnya, sampai-sampai ia dan keluarga tidak lagi mampu mencukupi kebutuhan gizi minimal mereka sehari-hari. Akibatnya, tubuh mereka makin lama makin melemah dan malah tidak sanggup mengurusi ladang mereka lagi. Kehidupan mereka pun tidak membaik, tetapi malah makin miskin. Gokal hanyalah satu dari jutaan orang di dunia ini, yang terjebak dalam jerat kemiskinan. Mereka sungguh-sungguh tidak mampu keluar dari situ, bahkan terjerat makin dalam tanpa harapan untuk bisa keluar dari sana.

Tuhan tahu beratnya jerat kemiskinan. Itu sebabnya Dia memberikan peraturan khusus mengenai ini kepada bangsa Israel. Bagian Alkitab yang kita baca hari ini adalah penggalan peraturan tersebut: Tuhan memerintahkan bangsa Israel merawat orang-orang miskin yang ada di antara mereka. Tidak hanya itu, Tuhan juga mengadakan tahun Yobel bagi Israel, untuk membuka peluang agar orang-orang miskin yang bekerja sebagai upahan, kelak dapat bebas dari jerat kemiskinan.

Saat ini kita juga mengemban perintah untuk menolong orang-orang miskin di sekitar kita agar mereka keluar dari jerat kemiskinan. Kita dapat meneruskan pertolongan jangka pendek, yaitu mencukupkan kebutuhan sehari-hari mereka. Namun, kita juga perlu menyediakan pertolongan jangka panjang, yaitu menyelenggarakan pendidikan, pelatihan kerja, pendamping usaha, dan sebagainya. Kita dapat melakukannya sendiri atau menyalurkan melalui lembaga-lembaga yang dapat dipercaya. Lakukanlah dengan kasih kepada Allah, yang senang melihat kita peduli.

BERBAGILAH DENGAN YANG KURANG AGAR KESAKSIAN ANAK TUHAN MAKIN BERKUMANDANG - RENUNGKAN!

[ TAHU BERTERIMA KASIH ]



....ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring....[Lukas 17:15]

Kapankah kebanyakan orang mencari Tuhan dan berteriak minta tolong kepada-Nya? Bukankah saat orang sudah merasa tak berdaya; saat semua usaha sudah dilakukan dan tak berhasil; atau saat sakit keras dan dokter sudah angkat tangan, baru ia berpaling mencari Tuhan? Ketika pertolongan Tuhan datang, barulah orang itu bersyukur dan menganggapnya mujizat dari Tuhan. Di luar itu, orang kerap kali beranggapan bahwa semua yang terjadi dalam hidup ini-apalagi hal-hal yang baik dan menyenangkan-adalah hal biasa sehingga lupa menaikkan syukur kepada Tuhan.

Hal ini kerap terjadi karena orang menganggap semua hal baik yang dialaminya adalah hasil kerja kerasnya. Orang menjadi lupa bahwa di balik semuanya itu, Allah turut bekerja, menolong, dan memampukan agar ia berhasil. Tuhan yang memberi manusia akal budi, kekuatan, kesehatan, kesempatan, dan kemampuan untuk mengerjakan semua itu. Tangan-Nya yang tak tampak itu terus berkarya-dalam segala peristiwa "biasa", tak biasa, atau bahkan tak terencana-dalam kehidupan anak-anak Tuhan.

Yesus menyembuhkan kesepuluh penyandang kusta yang memanggil-Nya. Akan tetapi, hanya si Samaria yang tahu berterima kasih dan kembali bersungkur dalam syukur di hadapan Yesus. Ia tahu jamahan tangan kasih Tuhan tidak hanya menyembuhkan sakit fisiknya, tetapi juga mengubah hati dan menyelamatkan hidupnya. Mari teladani cara pandangnya ini. Ketika Tuhan menjamah hati dan mengubah hidup kita menjadi baru, seharusnya itu membuat kita melihat karya Allah dalam setiap aspek kehidupan kita. Syukurilah selalu!

TUHAN ITU MEMBERI HIDUP DAN MENOLONG KITA UNTUK HIDUP BIARLAH SYUKUR KITA SELALU ADA DI SEGALA WAKTU.

[ DISELAMATKAN DALAM API ]



....ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang empat itu rupanya seperti anak dewa! [Daniel 3:25]

Setiap orang pasti punya masalah kehidupan. Punya anak yang terlibat narkoba; kesulitan uang kuliah; penghasilan yang pas-pasan; pernikahan yang tidak rukun; kecelakaan atau penyakit yang tidak terduga. Daftar ini mewakili persoalan sehari-hari yang dialami orang kristiani. Dalam seperti ini, bisa muncul keinginan untuk mencari solusi cepat. Kalau bisa Tuhan turun dari surga dan melakukan mujizat. Supaya serta merta semua masalah sirna. Beban berat selesai dalam sekejap.

Akan tetapi, Tuhan tidak bekerja seperti itu. Dalam kisah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, Tuhan tidak mencegah terjadi peristiwa pembakaran itu, memadamkan api yang menyala-nyala, atau membinasakan Nebukadnezar sebelum pembakaran. Namun, Tuhan mengizinkan api menyala-nyala dan mereka dilemparkan ke dalamnya. Justru di situlah Tuhan menunjukkan kehebatan-Nya. Mereka tidak di selamatkan dari api, tetapi justru dalam api yang membara itu. Karena di situ Tuhan nyata menyertai dan meluputkan mereka dari kematian. Dan, inilah kesaksian yang membukakan mata Nebukadnezar ayat 28.

Kerap kali demikianlah Tuhan menolong kita dalam hidup ini. "Api yang membakar" bisa berupa berbagai persoalan yang mengancam keselamatan atau kebahagiaan kita. Tuhan menolong kita bukan dengan mengangkat atau menghapus masalah itu. Kita tidak dilepaskan dari masalah, tetapi ditolong dalam masalah itu. Sebab, Tuhan dapat menyatakan kebesaran-Nya di situ. Agar melalui masalah kita, orang bisa melihat kemuliaan Tuhan dan mengenal Tuhan yang hidup.

APABILA "API" KESULITAN TETAP MEMBARA MENANTI KITA TETAPLAH PERCAYA TUHAN BISA MENOLONG DI DALAM "API" ITU.

[ BUKAN TANDA JASA ]



Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan [Keluaran 20:2]

Perikop kali ini adalah tentang Sepuluh Perintah Allah yang menjadi kunci hukum Taurat. Ada banyak peringatan [delapan perintah diawali kata "Jangan"], satu pengingat [hukum tentang hari Sabat], dan satu lagi perintah [untuk menghormati ayah ibu]. Dalam perkembangannya, kelompok Farisi membuatnya amat detail hingga mencapai 631 hukum. Sebaliknya, Yesus meringkaskannya menjadi padat dalam dua perintah saja: mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama.

Tentu para penerima hukum tersebut [orang Israel dulu dan kita pada masa sekarang] diharapkan untuk memperhatikan dan melakukan perintah-perintah ini. Hasil yang diharapkan adalah kehidupan moral yang terjaga, serta kehidupan rohani yang murni dalam ketaatan kepada Allah. Ini tentu sangat positif. Namun, kita perlu menjaga diri agar tidak terjatuh dalam kecenderungan hati yang merasa telah hidup dengan baik sehingga merasa layak mendapat "tanda jasa" dari-Nya.

Sejak awal, ketika hukum Taurat diberikan, Musa telah memberi peringatan kepada umat supaya waspada terhadap mentalitas batin yang merasa telah "berjasa" karena mamatuhi perintah Tuhan. Sebaliknya, motivasi benar yang seharusnya kita miliki adalah bahwa kita mematuhi perintah-Nya karena menanggapi karya Allah: "Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan" ayat 2. Karena itu, marilah kita membuka hati agar dapat melihat bahwa Allah lebih dulu berkarya luar biasa bagi diri kita. Serta, teruslah meyakini bahwa apa yang kita berikan kepada Allah adalah wujud ungkapan syukur atas kasih-Nya yang tiada terukur.

BIARLAH SEGALA KETAATAN YANG KITA TUNJUKKAN MERUPAKAN TANGGAPAN ATAS KASIH TUHAN YANG MENGAGUMKAN.

[ BERNYANYILAH! ]



Pujilah Tuhan! Sebab baiklah memuji Dia, dan menyenangkan untuk menyanyikan pujian bagi-Nya! [Mazmur 147:1 BIS]

Bernyanyi itu baik untuk kesehatan. Bernyanyi melatih jantung dan paru-paru, serta melepaskan endorfin yang membuat kita merasa senang. Bernyanyi juga meningkatkan kapasitas paru-paru, memperbaiki postur tubuh, dan membersihkan saluran pernapasan dan sinus. Apabila Anda bernyanyi dengan benar, hal itu dapat menjaga kesehatan perut dan otot-otot punggung. Menurut sebuah penelitian, bernyanyi juga dapat meningkatkan jumlah protein dalam sistem kekebalan tubuh.

Pemazmur tentu sepakat dengan hal ini. Bahkan lebih dari itu, bukan hanya bermanfaat bagi kesehatan tubuh, ia menggarisbawahi bahwa bernyanyi juga baik bagi kehidupan rohani kita. Dalam bahasa aslinya, pemazmur menggambarkan bernyanyi sebagai baik, menyenangkan, dan indah. Baik-karena merupakan salah satu bentuk pujian kepada Tuhan, suatu ibadah. Tuhan sendirilah tujuan dan pusat seluruh pujian kita ayat 1,7. Menyenangkan-karena mendatangkan sukacita; memuji dan mengangungkan Tuhan akan mendatangkan kesenangan surgawi bagi orang kudus. Indah atau layak-karena sudah selayaknya kita menghormati Sang Pencipta. Sebagai umat yang diciptakan menurut rupa dan gambar-Nya, ketika kita menghormati Tuhan, sesungguhnya kita juga sedang menghargai dan mensyukuri kehidupan yang dikaruniakan-Nya.

Nyanyian pujian tak ayal selalu hadir dalam ibadah bersama umat Tuhan. Namun, apakah kita secara pribadi juga mengembangkan kebiasaan untuk menyanyikan pujian bagi Dia? Bagaimana kalau mulai hari ini kita berkomitmen untuk menyanyikan paling tidak satu lagu pujian setiap hari?

SUDAHKAH KITA MENAIKKAN BAGI TUHAN PUJIAN YANG LAYAK DIA TERIMA?

[ SETENGAN KETAATAN ]



....Aku membawa Agag, raja orang Amalek, tetapi orang Amalek sendiri telah kutumpas [1 Samuel 15:20]

Apa akibatnya jika kita tidak melakukan perintah Tuhan dengan segenap hati? Tentu, apa yang kita lakukan menjadi tidak berkenan di hadapan-Nya. Suatu ketika, Saul menerima perintah Tuhan untuk menyerang Amalek dan membinasakan mereka tanpa terkecuali. Saul pun membunuh semua orang Amalek . Hanya ia menyisakan satu orang, yaitu raja Agag ayat 8. Pula, ia membiarkan rakyat "menyelamatkan" kambing domba serta lembu yang tebaik-dengan alasan hendak dipersembahkan kepada Tuhan. Apa akibat dari ketaatan Saul yang setengah-setengah ini? Tuhan menolak Saul menjadi raja dan memberi jabatan itu kepada orang lain. Tidak adilkah Tuhan? bukankah satu orang saja yang dibiarkan hidup? Apakah artinya sebuah "dosa kecil" dibandingkan hal spektakuler yang sudah Saul lakukan untuk membinasakan bangsa Amalek?

Justru di sinilah masalahnya! Ketaatan yang setengah-setengah tak akan pernah berkenan di hadapan Tuhan-sebab itu sama dengan ketidaktaatan. Jangan berpikir Tuhan terpesona pada keperkasaan Saul yang telah membinasakan ribuan orang Amalek. Tuhan tidak kenal istilah kompromi. Tuhan menginginkan ketaatan yang total.

Apakah Tuhan berkenan dengan persembahan kita yang sangat banyak, pelayanan kita yang spektakuler dan penuh mujizat, sementara kita masih menyimpan dosa di hati? Keliru besar kalau kita berpikir bahwa Tuhan akan mengangguk-angguk senang atas jerih lelah kita dalam pelayanan. Taatlah secara total dan tinggalkan dosa sekarang juga.

MENAATI TUHAN DENGAN SETENGAH HATI SAMA ARTINYA DENGAN TIDAK MENAATI - RENUNGKAN!

[ TAKKAN MENYERAH ]


...mereka membuka atap di atas Yesus; sesudah terbuka mereka menurunkan tikar, tempat orang lumpuh itu terbaring [Markus 2:4]

Iman dan usaha untuk berbuat sesuatu adalah ibarat dua sisi dari sekeping mata uang yang tak terpisahkan. Tanpa ada perbuatan yang dilakukan, diragukan bahwa di situ ada iman Yakobus 2:14-18. Bukankah perbuatan kita merupakan penampakan dari apa yang kita imani?

Sekumpulan orang yang beriman kepada Yesus menyaksikan bagaimana Yesus mengajar dengan kuasa dan mujizat, serta menyembuhkan orang sakit Markus 1:21-28. Dari situ, hati mereka tergerak untuk menolong teman sekampung mereka yang sejak kecil lumpuh dan tersisih hidupnya. Mereka beriman Yesus mampu menyembuhkan maka mereka tidak diam saja. Meski banyak rintangan: mungkin rumah si lumpuh jauh, mungkin tubuhnya berat. Ditambah lagi, ketika sampai di tempat Yesus, ternyata rumah itu penuh sesak dan orang-orang tak mau memberi jalan. Namun, sekali lagi iman itu mereka wujudkan dengan usaha yang pantang menyerah. Mereka membuka atap rumah, dengan resiko si empunya rumah marah. Iman yang besar kepada Yesus memampukan mereka mengatasi segala hambatan. Ketika si lumpuh diturunkan, Yesus melihat iman mereka yang mau berusaha itu dan memberi kesembuhan. Iman itu menjadi kenyataan karena anugerah Allah di dalam Kristus, bukan karena kemampuan mereka sendiri.

Apabila kita sedang menghadapi sebuah tugas atau tantangan hidup yang butuh iman dan perjuangan keras, ingatlah kisah ini. Teguhkan iman dengan memandang kebesaran Allah yang sanggup menolong hingga menguatkan kita untuk berjuang pantang mundur. Serahkan ketidakberdayaan kita ke alamat yang tepat, yakni Yesus yang mampu membuat iman kita menjadi kenyataan.

IMAN MENGARAHKAN MATA KITA KEPADA YESUS YANG HEBAT AGAR DENGAN IMAN ITU KITA MEMBERI USAHA TERBAIK KITA.

[ MENGEJAR EKOR ]



Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian...juga apa yang tidak kauminta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan...[1 raja-raja 3:12-13]

Seekor kucing keasyikan mengejar ekornya sendiri. Berputar-putar, dan berputar-putar lagi, berharap segera mendapati ekornya tertangkap. Ia pikir, ketika ia sudah mendapatkan ekornya, ia akan bahagia. Ia tidak akan khawatir kehilangan ekor, karean ia telah memegang ekornya. Padahal itu salah sama sekali! Berputar sampai pingsan pun ia takkan dapat menangkap ekornya. Ia hanya akan kelelahan. Dan sesungguhnya, bukankah tanpa dikejar pun, ekor itu selalu setia mengikutinya?

Sadar atau tidak, kerap kali orang memakai waktu hidupnya untuk banyak mengejar kesuksesan, kekayaan, pengakuan, dan sebagainya, agar hidupnya bahagia. Segala upaya, waktu, dan energi, dicurahkannya untuk mengejar hal-hal itu. Padahal, itu sebenarnya adalah target hidup yang salah! Segala target yang tidak bernilai kekal, tidak layak kita kejar sedemikian rupa. Kita malah kehilangan target yang utama, yang Tuhan ingin agar kita raih dan miliki, supaya hidup kita berarti.

Mari simak lagi, bagaimana Tuhan berkenan pada permintaan Salomo. Yakni, ketika Salomo meminta hikmat sebagai hal terpenting yang ia rindukan, bukan yang lain-lain. Dan, ketika target utama itu telah ia sasar, Tuhan ternyata menambah hal-hal lain yang Salomo perlukan, meski Salomo tidak memintanya. Tanpa perlu dikejar, Tuhan memberikanya kekayaan, kemuliaan, umur panjang. Itu semua bonus! Sebab itu, kita diajar untuk tidak mengejar bonus, tetapi target utama: hikmat. Yakni, hati yang berpadanan dengan hati Tuhan. Mata yang melihat seperti mata Tuhan. Hidup yang berjalan sebagaimana Tuhan berjalan. Mari kenali pribadi Tuhan lebih intim. Dan, milikilah hikmat dari-Nya.

HIDUP KITA DI DUNIA INI TERBATAS ADANYA, MAKA TENTUKAN TARGET YANG BENAR DAN KEKAL NILAINYA.

[ REST IN PEACE ]



Mengapa engkau mengganggu aku dengan memanggil aku muncul? [1 Samuel 28:15]

Rest In Peace [Beristirahat dalam damai] seoleh-olah tak berlaku di Haiti. Gempa berkekuatan 7 SR memporak-porandakan negeri itu. Namun di Leogane, kota yang terdekat dengan episentrum gempa, kompleks pemakaman umum masih berantakan dan tak terurus. Batu-batu nisan bergeser dan rusak, liang lahat dan peti jenazah menganga, tulang-tulang dan kain pembungkus mayat berserakan. "Saya tidak bahagia, yang sudah meninggal pun tak bahagia," tutur Pierre, warga setempat yang sedang memperbaiki makam ayahnya.

Namun, yang mengusik orang mati tidak hanya gempa, tetapi juga manusia yang masih hidup. Waktu itu Saul kebingungan karena terjepit dalam perang melawan Filistin. Ia sadar Allah sudah undur darinya dan tak mau menjawabnya lagi. Bukan Allah meninggalkan Saul, tetapi Saul yang meninggalkan Allah dan mengikuti maunya sendiri [ayat 18]. Fatalnya, Saul mendatangi para pemanggil arwah dan roh peramal [ayat 3], yang menajiskan dan dibenci Tuhan [Ulangan 18:10-12]. Saul meminta mereka memanggil roh Samuel yang sudah mati, sebab ia hendak meminta petunjuk [ayat 8-15]. Benarkah roh Samuel yang muncul? Entahlah, sebab iblis pun mampu menyamar sebagai malaikat [2 Korintus 11:14]. Yang jelas, Saul terkutuk karena ini.

Ada sebagian orang yang mengaku diri anak Tuhan, rajin ke gereja, tetapi masih percaya ramalan, hari baik, atau minta petunjuk "orang pintar" ketika hendak punya acara. Lebih konyol lagi, ada yang meminta rezeki di kuburan nenek moyang. Jika tak segera bertobat, mereka bisa seperti Saul; semula dipilih Allah menjadi raja Israel, tetapi kemudian ditolak Tuhan dan binasa.

SEHEBAT APA PUN MANUSIA, SUATU HARI IA AKAN MATI
MAKA ANDALKAN SAJA TUHAN, YANG TAK PERNAH MATI.

[ GIZI BAGI JIWA ]



Berkatalah Israel kepada Yusuf: "Sekarang bolehkah aku mati, setelah aku melihat mukamu dan mengetahui bahwa engkau masih hidup" [Kejadian 46:30]

Harold Kushner, seorang rabi dan penulis termasyhur, pernah mengemukakan bahwa pada usia di atas lima puluh, biasanya manusia mempunyai satu kerinduan khusus, yakni kerinduan akan makna. Ia pun menanyai dirinya sendiri, "Apa artinya dari semua yang kumiliki, apa arti hidupku?" Ia ingin mendapatkan arti hidup. Demikian pula kurang lebih perasaan Yakub dalam kisah yang kita baca hari ini.

Yakub telah begitu lama terpisah dengan Yusuf, anak kesayangannya. Bayangkan 22 tahun! Dan, selama itu pula ia seolah-olah kehilangan makna hidup. Saat berjumpa lagi, pertemuan mereka begitu mengharukan! Yusuf memeluk leher ayahnya dan lama menangis di bahunya. Pertemuan itu menghadirkan keharuan memuncak, juga kelegaan yang mendalam bagi Yakub. Katanya, "Sekarang, bolehkah aku mati setelah aku melihat mukamu dan mengetahui bahwa engkau masih hidup...." . Kembali melihat Yusuf adalah hal yang menyempurnakan dan "memberi gizi" bagi jiwa Yakub pada masa tuanya.

Ada kalanya hidup seseorang begitu "pahit" sehingga ia melihat segala sesuatu dengan muram dan suram. Kehilangan, kerinduan akan sesuatu, harapan yang belum tercapai, masa lalu yang pedih, bisa menjadi musababnya. Dalam relasi dengan sesama, apakah kehadiran kita memberikan "nutrisi" atau "gizi" pada jiwa orang lain, sehingga hidup mereka kembali bermakna? Kita bisa memulainya, setidaknya dari lingkungan terkecil, yakni keluarga. Hadirkanlah diri disitu, Berikan perhatian dan kasih yang nyata. Kita dapat menjadi penguat bagi mereka, agar tegar menghadapi serta mengelolah segala kepahitan hidup yang mungkin menghampiri.

JADILAH PRIBADI YANG SELALU SIAP MEMBERI MAKNA KHUSUSNYA AGAR ORANG LAIN MERASAKAN HIDUPNYA BERHARGA - RENUNGKAN BAIK-BAIK!

[ KEBABLASAN ]



....di manakah Allah yang menghukum? [Maleakhi 2:17]

Cara seorang anak merespons kasih sayang orang tuanya biasa beragam. Bisa dengan penghormatan dan kepatuhan, bisa juga sebaliknya. Seorang anak dapat terus berbuat sesuka hati, melanggar semua aturan yang diberikan, bahkan secara sadar mengulang-ulang hal tersebut. Anak itu bertingkah "kebablasan" atau kelewatan. Ia berpikir" "Orangtuaku sangat sayang kepadaku. Mereka tidak akan marah pada apa pun yang kulakukan karena aku ini kesayangan mereka".

Kalimat pernyataan Tuhan yang pertama dalam kitab Maleakhi adalah: "Aku mengasihi kamu" [1:2]. Namun, setelah itu terungkap keluhan atas berbagai tingkah umat yang kebablasan. Kasih sayang Tuhan disalahartikan, bahkan dijadikan pembenaran atas berbagai perbuatan yang sesungguhnya mengecewakan hati Tuhan. Umat Israel tidak menyadari betapa mereka menyusahkan hati Tuhan dengan semua perilaku itu.

Kita pun sebagai orang-orang yang dikasihi Tuhan, sering kebablasan. Mengetahui bahwa Tuhan mengasihi kita, tidak membuat kita bersyukur dan berusaha hidup benar meneladani kasih-Nya. Kita terus melakukan kesalahan dan menganggapnya biasa karena berpikir hal itu tidak mengurangi kasih Tuhan kepada kita. Bacaan hari ini mengingatkan bahwa kita keliru menganggap Tuhan berkenan pada perbuatan yang tidak baik. Kalaupun Dia tidak menjatuhkan hukuman, bukan berarti kejahatan kita dibenarkan oleh-Nya. Seperti orangtua yang bisa menegur dan menghukum anaknya agar tidak kebablasan, Tuhan pun dapat mengajar kita - walau untuk itu Dia sangat bersusah hati. Karenanya, maukah kita tidak lagi kebablasan dan menyalahartikan kasih sayang Tuhan?

KASIH TUHAN ITU MEMBEBASKAN TETAPI TIDAK MEMBABLASKAN.

[ MEWARISKAN KERINDUAN ]



Sesungguhnya seorang anak laki-laki akan lahir bagimu....Ia akan bernama Solomo; sejahtera dan santosa akan Kuberikan atas Israel pada zamanya [1 Tawarikh 22:9]

Karena tidak memenuhi syarat untuk membangun Bait Suci, ia mewariskan kerinduan dan tugas mulia itu kepada anaknya, Salomo. Meski tugas sudah diwariskan, Daud tidak tinggal diam. Ia ikut mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pembangunan. Meskipun Salomo yang mendapat pujian. Daud tak peduli. Baginya, mendapat nama bukanlah tujuannya. Daud rela menjadi orang yang bekerja di belakang layar.

Apakah Anda senang "bekerja di belakang layar"? Mungkin hanya sedikit orang yang tahu kiprah Anda. Mungkin pekerjaan Anda terlihat bernilai kecil. Namun sangat mungkin, pekerjaan Anda yang di balik layar justru mempersiapkan sebuah pekerjaan yang berdampak besar di kemudian hari. Meski tak terlihat, sangat penting pekerjaan di balik layar melaksanakan bagiannya dengan sungguh-sungguh. Walau tak menerima penghargaan langsung, tetapi pekerjaan itu tidak akan terlaksana tanpa campur tangan pekerja di balik layar. Sebab itu, mari lakukan sungguh-sungguh setiap kepercayaan yang kita emban, dengan hati mengasihi Dia.

JIKA PEKERJAAN DI BALIK LAYAR MELAKUKAN PERAN TERBAIKNYA MAKA SEBUAH KARYA AKAN MENCAPAI PRESTASINYA.

[ KEPUTUSAN ]



Atau kausangka bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? [Matius 26:53]

Jika kita mengonsumsi makanan berlemak setiap hari dalam porsi besar, apa yang akan terjadi lima tahun mendatang? Timbun lemak dan kolestorol. Jika kita mengisap dan menghabiskan dua bungkus rokok setiap hari, apa yang akan terjadi dengan tubuh kita di tahun-tahun mendatang? Paru-paru kita akan rusak. Demikianlah, setiap hari kita membuat keputusan penting. Sebagian dari kita mungkin akan memilih kesenangan bagi diri sendiri saat ini, walau di masa depan ada akibat yang tidak menyenangkan. Sebaliknya, ada juga keputusan yang kini terasa tidak nyaman, tetapi hasilnya baik di masa mendatang.

Malam itu, setelah perjamuan terakhir dengan para murid, merupakan waktu yang berat bagi Yesus. Sebenarnya Dia bisa membiarkan murid-murid melakukan perlawanan guna mencegah penangkapan-Nya. Dia juga bisa memerintah pasukan malaikat untuk melindungi dan melepaskan-Nya dari perjalanan menuju salib yang mengerikan. Akan tetapi, Dia memilih untuk taat kepada perintah Bapa-Nya - melangkah menuju salib. Sebab, Dia sangat tahu keputusan-Nya ini akan berdampak bagi kehidupan manusia di masa mendatang.

Mungkin hari ini Tuhan membawa kita memasuki masa-masa yang paling sulit di hidup kita. Dan, kita mesti mengambil keputusan penting. Pertimbangkanlah dengan seksama. Keputusan yang membuat kita nyaman belum tentu berakhir indah dan memuliakan Allah. Pertimbangkanlah masak-masak, termasuk dampaknya di masa depan - bagi kita maupun orang-orang di sekeliling kita. Dan, apakah Allah dimuliakan melalui keputusan tersebut.

KEPUTUSAN KITA HARI INI BISA MENENTUKAN HIDUP KITA DI HARI ESOK.

[ UJI KELAYAKAN ]


Selidikilah aku, ya Allah, kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku [Mazmur 139:23]

Kita tidak dapat menilai karya kita sendiri secara objektif. Itu sebabnya, selalu dibutuhkan pihak yang independen dan terpercaya untuk menguji dan menilai.

Demikian pula dengan hati kita. Sesungguhnya kita tak dapat menilai hati kita sendiri. Kita mungkin berpendapat bahwa apa yang kita lakukan sudah memiliki motivasi yang benar. Akan tetapi, belum tentu itu terbukti benar di hadapan Tuhan. Pemazmur juga merasa bahwa apa yang dilakukannya sudah benar, walau demikian ia tetap meminta Tuhan menyelidiki hati dan pikirannya. Semua ini didasari dengan kesadaran bahwa Tuhan itu Mahatahu - Dia benar-benar mengetahui segala isi hati dan pikirannya. Dan, karena Tuhan adalah kebenaran maka semua penilaian Tuhan pasti benar. Lebih jauh, pemazmur juga menunjukkan hati yang mau diajar dan dituntun ke jalan yang benar.

Mungkin kita sudah merasa bahwa semua yang kita kerjakan telah kita lakukan dengan cara dan motivasi yang benar, bagi kemuliaan Tuhan. Namun, kerap kali kita tidak menyadari bila motivasi kita perlahan mulai berubah. Maka, kita perlu selalu terbuka dihadapan Tuhan. Mintalah Tuhan melihat hati kita yang terdalam. Dan, apa pun yang Tuhan singkapkan, biarlah kita memiliki hati yang mau ditegur dan mau dituntun ke jalan yang benar.

AGAR DAPAT HIDUP BERKENAN DI HADAPAN TUHAN KITA HARUS SELALU TERBUKA UNTUK DIUJI DAN DITUNTUN TUHAN.

[ KONSEKUENSI SEBUAH KEPUTUSAN ]


Rubah mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakan kepala-Nya [Matius 8:20]

Tampilnya Yesus dengan pengajaran yang berkharisma, dengan kuasa ilahi untuk menyembuhkan, serta kepribadian-Nya yang hangat, memesona begitu banyak orang. Lalu sesuatu yang tak lazim terjadi. Seorang ahli Taurat - kaum yang "biasanya" memusuhi dan mencari kesalahan Yesus - dengan penuh kekaguman menyapa Yesus sebagai "rabi" [guru besar]. Bahkan, ia menyatakan kerinduan untuk ikut Yesus ke mana pun. Saat menanggapinya, Yesus seolah-olah berkata: "Sebelum mengikuti Aku, sadarilah keputusanmu, sebab ada harga yang harus kaubayar."

Yesus tak ingin menggalang pengikut yang hanya terseret emosi sesaat. Semangatnya mudah berkobar, tetapi sebentar kemudian surut dan lenyap. Yesus mengingatkan bahwa mengikuti Dia berarti menyangkal diri dan memikul salib, lebih mengutamakan Dia diatas kepentingan sendiri dan keluarga, dan membagikan harta bagi orang miskin. Sanggupkah Anda memikul konsekuensi dari keputusan mengikut Dia? Jangan ambil keputusan karena emosi atau ambisi. Ambilah keputusan karena Anda menyadari bahwa Dia yang memanggil maka Dia akan memampukan Anda untuk setia mengiring dan malayani-Nya.

IKUTLAH YESUS BUKAN UNTUK MENCARI BERKAT TETAPI UNTUK MENJADI BERKAT.


[ PERJANJIAN LAMA & PERJANJIAN BARU ]



Sebab, jika pelayanan yang memimpi kepada penghukuman itu mulia, betapa lebih mulianya lagi pelayanan yang memimpin kepada pembenaran [2 Korintus 3:9]

Yahudi itu bangga memiliki Hukum Taurat yang tertulis dalam Perjanjian Lama. Mereka juga bangga pada tokoh-tokohnya; seperti Musa, Abraham. Peristiwa Musa turun dari Gunung Sinai, telah menerima dua loh batu bertuliskan sepuluh Hukum Taurat, sangat berkesan dan tidak akan mereka lupakan. Setelah menemui Tuhan, wajah Musa memancarkan kemuliaan-Nya. Bahkan, sampai ia turun dari Sinai, wajahnya tampak bersinar cemerlang. Akibatnya, orang Israel tak tahan melihatnya. Namun lambat laun, cahaya itu memuda.

Kisah ini dipakai Paulus untuk membandingkan kemuliaan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Paulus mengatakan bahwa Perjanjian Lama akan berakhir dengan penghukuman. Karena, Hukum Taurat berisi standar kebenaran yang tidak dapat dipenuhi oleh siapa pun maka pasti semua orang tidak akan luput dari dosa. Akan tetapi, Perjanjian Baru adalah pembenaran Allah bagi orang yang berdosa. Karena tuntutan Hukum Taurat itu telah dipenuhi secara sempurna oleh Tuhan Yesus. Betapa besar perbedaan antara penghukuman dan pembenaran!

Sampai sekarang, banyak orang masih berpikir bahwa keselamatan dapat diperoleh dengan melakukan perbuatan baik. Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa keselamatan adalah kasih karunia Allah semata. Segala upaya manusia hanya akan menemui jalan buntu; hanya akan berakhir pada kegagalan dan hukuman Allah. Itulah sebabnya, kita yang sudah menerima anugerah penebusan Allah. Perlu memiliki hati yang terbeban untuk mendoakan dan memberitakan jalan keselamatan yang merupakan anugerah Allah ini kepada orang lain.

KESELAMATAN MANUSIA SEMATA KARENA ANUGERAH ALLAH SEBARKAN AGAR SETIAP MANUSIA SEGERA MENGETAHUI HAL INI.

[ BERANI KARENA BENAR ]


Segera sesudah Ahab melihat Elia, ia berkata kepadanya: "Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?" [1 Raja-raja 18:17]

Mengapa orang takut berkata benar? Bisa jadi karena mengatakan kebenaran itu berisiko. Seperti kisah anak SD yang dimusuhi karena mengungkap kecurangan dalam ujian nasional. Ia dianggap mencelakan sekolah dan teman-temannya. Ia dikucilkan. Kebenaran yang ia ungkap berdampak tak menyenangkan dan secara langsung merugikan dirinya.

Saat Ahab menyembah berhala dan orang Israel berpaling dari Tuhannya, Elia menyampaikan firman Tuhan bahwa tidak akan ada embun maupun hujan di negeri itu. Setelah hal itu berlangsung selama tiga tahun, Tuhan meminta Elia kembali mememui Ahab. Sayang, raja Israel bukannya menyesali ketidakbenaran yang ia perbuat dan memperbaiki segala sesuatu, tetapi malah langsung menuduh Elia: "Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?"

Ini juga bisa kita alami saat mengungkap kebenaran di keluarga, pelayanan, atau tempat kerja. Apalagi jika kita hanya sendirian, berhadapan dengan orang yang punya kekuasaan lebih, dan di belakang mereka ada banyak pendukung. Maka, bisa dipahami jika hingga kini berbagai penyimpangan, ketidakadilan, bahkan dosa, terus terjadi. Sangat mungkin karena orang takut pada ketidaknyamanan yang bisa timbul saat kebenaran diungkap.

Kita dipanggil untuk menjadi bagian rencana Tuhan agar keluarga, pelayanan, pekerjaan, bahkan bangsa kita [Indonesia], peroleh damai sejahtera. Ada kebenaran yang Tuhan ingin kita ungkapkan. Bukan untuk mencelakakan orang-orang yang kita kasihi, tetapi untuk mencegah mereka mencelakakan diri sendiri. Dengan pertolongan Tuhan, beranilah karena benar!.

KADANG KEBENARAN SEPERTI OBAT YANG PERIH BAGI LUKA YANG MAU DISEMBUHKAN.

[ BERIMAN ALA KATAK ]



Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya [Roma 6:5]

Satu kali di sebuah gereja terdengar bahwa si A mempersembahkan sejumlah besar uang persembahan. Orang-orang sampai berdecak kagum dan berkata: "Gile benar...."Beberapa minggu kemudian, terdengar lagi berita lain bahwa si A tadi sedang diadili karena kasus korupsi, yang jumlah puluhan kali lipat dari jumlah kolektenya yang "menggemparkan". Orang lantas berkomentar. "Wah, kalau ini....gile benaran!"

Bagi orang beriman, selalu ada godaan untuk hidup seperti katak yang bisa hidup di dua alam - hidup di air dan di darat - yakni orang-orang yang bisa hidup di dalam terang, sekaligus di dalam gelap. Pada hari minggu, sikapnya bisa amat berbeda dengan sikap hidupnya pada hari senin sampai sabtu. Ia bisa begitu alim dan suci saat berada di gereja, tetapi ketika kembali ke rumah dan pekerjaan, ia menjadi serigala beringas bagi sesamanya. Tak heran, persekutuan jemaat kemudian menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang "bertopeng"! Tentu hal ini tidak bisa dipukul rata, tetapi kecenderungan semacam ini bisa terjadi di mana-mana, di antara orang kristisni.

Itu sebabnya kita sangat perlu mengingatkan pesan Paulus, bahwa kita telah mati bagi dosa. Akan sungguh aneh jika orang mengaku kristiani, tetapi masih bisa hidup bagi dosa yang berarti malah "mematikan" Kristus yang hendak berkarya di hidupnya. Jika hal demikian bisa terjadi, berarti hidupnya belum sungguh-sungguh baru. Menjalani hidup baru memang tak mudah. Bukan lagi menghambakan diri pada dosa, melainkan kepada Kristus. Yakni dengan setia menaati perintah-perintah Kristus setiap hari, agar terjadi perubahan radikal dalam pola pikir serta tindakannya.

HIDUP YANG SETIAP HARI DIJALANI BAGI KRISTUS AKAN MENDATANGKAN SUKACITA DAN BERKAT PENUH.

[ IKAN BAKAR ]



Aku mau bersyukur kapada-Mu di antara bangsa-bangsa, ya Tuhan, aku mau bermazmur bagi-Mu di antara suku-suku bangsa [Mazmur 57:10]

Tempat makan ikan bakar kesukaan saya adalah sebuah warung di pinggir sebuah sungai, di daerah perumahan yang bersebelah dengan kompleks perumahan tempat saya tinggal. Lokasi warung itu cukup sulit dicari. Bahkan, walau sudah terlihat, warung itu tidak tampak meyakinkan. Namum, warung itu hampir tidak pernah sepi pengunjung. Bagaimana orang-orang itu, termasuk saya, bisa tahu mengenai warung tersebut? Melalui cerita dari orang-orang yang merasa puas dengan kelezatan ikan bakar yang dijualnya.

Adalah normal kalau seseorang bercerita dan mengajak orang lain untuk ikut merasakan pengalaman menyenangkan yang sudah dialami. Tak heran, setelah Daud merasa kasih Allah yang menyelamatkannya dari musuh, ia begitu antusias menceritakan kepada orang-orang. Daud merasa demikian bersukacita sehingga ia terdorong untuk bersaksi tentang Allah kepada siapa pun. Termasuk kepada bangsa-bangsa yang belum mengenal Dia.

Seperti Daud, sebagai orang-orang sudah dikasihi Tuhan, bukankah seharusnya kita juga selalu antusias bersaksi tentang Tuhan? Namun, mengapa banyak orang kristiani belum melakukannya? Penghalang pertama, sangatlah mungkin adalah kurang kesadaran kita akan karya Tuhan. Maka, kita perlu kerap menyediakan waktu untuk mengingat segala berkat Tuhan di hidup kita. Khususnya bagaimana di kayu salib Yesus mengingat dosa kita dan menghapusnya di situ. Penghalang kedua, bisa jadi adalah rasa takut berbagi. Untuk ini, mintalah keberanian dari Roh Kudus. Jika pengalaman makan ikan bakar yang nikmat bisa dibagi dengan antusias, mengapa pengalaman dikasihi Allah tidak bisa kita ceritakan?

BIASAKAN DIRI UNTUK MENERUSKAN HAL-HAL BAIK KHUSUSNYA SETIAP KARYA TUHAN YANG TERUS TERJADI DI HIDUP KITA.

[ HANYA FIRMAN ]




 Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat....[Matius 11:4]

Ketika pekerjaan, pelayanan, dan kehidupan berjalan dengan baik, kita mudah mengatakan bahwa Tuhan menyertai kita. Namun, apa perasaan kita jika musibah tiba-tiba datang sehingga hidup menjadi sulit, tertekan, terancam? Apalagi kita merasa harus menanggung semua itu sendiri. Bagaimana jika iman kita yang tadinya kita anggap teguh, tiba-tiba goyah?

Yohanes Pembaptis adalah orang yang memecah kebisuan setelah lebih dari 3 abad tidak ada nabi Allah yang berbicara. Ia tampil sebagai nabi yang kuat, yang berani menegur dosa banyak orang, termasuk Herodes - raja yang sedang berkuasa - sehingga ia masuk penjara. Dialah yang memperkenalkan Yesus sebagai Mesias dan meyakini dirinya hanya pembuka jalan [bandingkan dengan Yohanes 1:19-37]. Namun, ketika ia menderita dipenjara, dan merasa harus menanggungnya sendiri, keyakinan Yohanes goyah. Iapun mengutus muridnya untuk bertanya kepada Yesus: "Engkaukah yang akan datang itu, atau haruskah kamu menanti yang lain?" Bagaimana reaksi Yesus? Dia menyuruh murid itu kembali dan menceritakan apa yang mereka dengar dan saksi tentang segala yang diperbuat Yesus: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta ditahirkan, orang tuli mendengar, orang mati bangkit, dan orang miskin mendengar kabar baik. Yesus ingin Yohanes mengingat nubuat Yesaya, yang sedang digenapi dalam hidup dan pelayanan Yesus [Yesaya 29:18, 35:5-6]. Maka, kebenaran firman itulah yang meneguhkan lagi iman Yohanes.

Jika iman kita goyah, izinkanlah Roh Kudus berbicara melalui firman yang kita renungkan setiap hari. Firman yang hidup itu berkuasa meneguhkan kembali langkah kita dalam mengikuti Dia.

APABILA KESUKARAN MENGGOYAHKAN KITA KEYAKINAN CARILAH SANDARAN PADA FIRMAN TUHAN YANG MENEGUHKAN.


[ SIAPAKAH ANDALANMU? ]



Tetapi carilah kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu [Lukas 12:31]

Ketamakan dapat melanda siapa saja. Bukan orang yang berkuasa, orang miskin dan tidak memiliki kuasa juga bisa salah menyingkapi harta di hidupnya. Ketamakan orang yang berkuasa menimbulkan tindak korupsi, ketamakan orang miskin menghalalkan pencurian. Semua di dasari oleh sikap mengandalkan harta, lebih dari mengandalkan Tuhan.

Berlawanan dengan sikap hidup demikian, Tuhan Yesus mengajar orang beriman supaya mempercayai pemeliharaan Allah hidupnya. Tantangan-Nya agar orang menjual segala milik dan memberi sedekah adalah jawaban radikal supaya orang bisa terlepas dari belenggu harta yang menghalanginya untuk menemukan kerajaan Allah. Ketamakan manusia yang menimbulkan harta, akan menyebabkan ketidakseimbangaan, ketidakadilan, dan kecemburuan sosial. Pesan ini tidak hanya berbicara pada zaman itu karena adanya ketimpangan sosial antara orang miskin yang tertindas oleh penjajah, dan kalangan orang kaya yang berkolusi dengan penguasa. Namun, juga berbicara untuk saat ini dan negeri ini [Indonesia], di mana banyak terjadi kolusi antara para pemegang kuasa dan uang, untuk memperkaya diri.

Hidup yang mengandalkan Tuhan membuahkan sikap hidup mau berbagi. Sebaliknya, hidup yang mengandalkan harta membuat orang tamak dan mementingkan diri sendiri. Tuhan tahu kita memerlukan harta untuk hidup, tetapi harta itu sama sekali tak boleh menjadi andalan. Tuhan Yesus menghendaki agar kita mencari kerajaan Allah lebih dahulu, baru yang lain akan ditambahkan. Tuhan kita tidak pernah ingkar janji. Maka, ketika kita mengandalkan pemeliharaan Tuhan, kita tidak akan kecewa.

KETAMAKAN ADALAH USAHA MEMPEROLEH BAGIAN HIDUP YANG MERUSAK HIDUP ITU SENDIRI.

[ BUKAN REMISI ]



Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! [Mazmur 52:3]

Seorang narapidana memperoleh remisi, antara lain karena ia dianggap berkelakuan baik selama berada di dalam penjara. Kebaikan membuahkan pengurangan hukum. Anugerah Allah bekerja sebaliknya. Dia mencurahkan anugerah justru karena kita durhaka dan tidak mampu memperbaiki diri dengan kekuatan sendiri.

Daud sangat menyadari hal itu. Ketika berzinah dengan Batsyeba, ia sedang berada di puncak kejayaan sebagai raja Israel. Bangsanya mengenalnya sejak ia menjadi pahlawan kecil yang secara mengejutkan menumbangkan raksasa Goliat. Selanjutnya ia memimpin pasukan Israel ke dalam berbagai kemenangan sehingga ia dielu-elukan oleh rakyat. Ketika akhirnya menjadi raja, ia juga mencatat pretasi mengesankan: mengembalikan Tabut Allah yang dirampas bangsa Filistin ke Yerusalem, meraih sekian banyak kemenangan militer, dan menunjukkan kebaikkan yang tulus kepada Mefiboset.

Namun, saat bertobat dari dosanya, ia tidak mengutip satupun pencapaian itu sebagai senjata untuk "merayu" Allah agar mengurangi hukumnya. Sama sekali tidak. Menarik dicatat pula, ia hanya berseru, "ya Allah" bukan "ya Allahku". Ia menyadari betapa parah dosa merusak hubungannya dengan Allah. Maka, ia hanya meminta belas kasihan, kasih setia, dan rahmat Allah yang Mahabaik. Kebaikannya selama ini tidak berguna untuk meringankan dosa; hanya anugerah Allah yang sanggup mengampuni dan menembusnya.

Anda bergumul dengan suatu pelanggaran, dan merasa harus melakukan perbuatan baik tertentu untuk menembusnya? Berhentilah bergumul seperti itu. Ikutilah teladan pertobatan Daud.

DOSA TIDAK DAPAT DIRINGANKAN OLEH PERBUATAN BAIK
NAMUN DAPAT DIHAPUSKAN OLEH ANUGERAH ALLAH.

[ MENGGANTUNGKAN HARAPAN ]


 
Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu berkata kepadanya, "Jangan menangis!" [Lukas 7:13]
Ketika suaminya meninggal, wanita ini bertekad menjanda untuk membesarkan anak tunggalnya. Ia berjuang melawan kerasnya hidup, termasuk cercaan serta cibiran tetangga yang mewaspadai para janda. Ia berpikir, "Tak apalah aku susah sekarang. Sebentar lagi anakku sewasa, dan dia harapan masa tuaku." Namun mendadak, anak tunggalnya itu meninggal. Harapan hidupnya terampas seketika. Sampai dia harus bertanya, "Untuk apa lagi aku hidup?" Di sepanjang jalan desa Nain menunju pemakaman, air matanya telah kering. Meski orang-orang turut meratapi kepergiaan putranya, tak ada yang memahami kesedihannya karena kehilangan tempat menggantungkan hidup.

ketika ia berpapasan dengan Yesus, kesedihan mencekik kerongkongannya. Ia tak lagi mampu mengucap, memohon pertolongan. Apakah hati Sang juru Selamat hanya bergerak jika diminta, dan jika ada iman kepada-Nya? ketika hidupnya "lumpuh", Sang Juru Selamat memahaminya. Dia peduli pada hati yang menjerit tanpa kata. Dengan penuh kasih Dia berkata: "Jangan menangis." Ucapan ini bukan sekadar penghiburan di kala duka. Sebab, Dia adalah Tuhan yang berkuasa atas maut dan kehidupan. Maka, dengan penuh kuasa Yesus berseru: "Hai anak muda....bangkitlah". Yesus bukan hanya membangkitkan si anak muda itu, tetapi juga menghidupkan kembali harapan si janda.

Kepada siapakah Anda menggantungkan harapan masa depan? Kepada pasangan hidup, anak-anak, harta, asuransi, atau yang lain? Ingatlah bahwa semua itu bisa mati dan habis. Maka, berharaplah kepada sumber kehidupan, yaitu Yesus, yang selalu mampu dan mau memedulikan kita.

TARUHLAH SEGALA HARAPAN HIDUP KITA PADA DASAR YANG TEGUH DAN TAK TERGOYAHKAN.

[ MANIPULASI ]


Katakanlah padaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?" Jawaban perempuan itu, "Betul sekian" [Kisah Para Rasul 5:8]

Apabila menilik perbuatan Ananias dan Safira, seberat apakah kesalahan mereka sehingga tak ada kesempatan kedua? Mari cermati hal ini agar kita tak mengulangi tindakan mereka: Suasana jemaat mula-mula diliputi kegembiraan karena karya Allah begitu nyata dala
m persekutuan orang percaya. Sebagai jemaat menjual harta miliknya; bahkan menjual tanahnya untuk kepentingan kelompok. Ananias dan Safira juga. Akan tetapi, setelah menjualnya, dengan sengaja mereka menahan hasil penjualan. Sebetulnya, Petrus serta jemaat mula-mula tidak menuntut Ananias dan Safira menyerahkan keseluruhan hasil penjualan. Sayangnya, Ananias dan Safira mengaku memberikan seluruhnya, padahal mereka menahan sebagian. Itu sebabnya Petrus bertanya, "Dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?"

Mereka dihukum bukan karena tidak mempersembahkan semua hasil tanahnya, melainkan karena dengan sengaja mereka memanipulasi hasil penjualan tanah dan berlaku tidak jujur. Barangkali mereka mengharapkan decak kagum dari komunitas jemaat mula-mula, supaya jemaat mengira mereka memberi banyak. Bagi Petrus, ini adalah penipuan terhadap Roh Kudus. Tentu umat dan Roh Kudus tidak sama. Akan tetapi, Roh Kudus memperhatikan bagaimana orang bersikap terhadap umat Tuhan.

Bagaimana sikap kita terhadap jemaat? Apakah kita kerap terjebak dalam menipulasi, yaitu mengambil untung dari persekutuan jemaat? Ataukah kita tulus melayani dan memberi diri di situ? Tuhan melihat hati kita. Jadilah saluran berkat yang menyenangkan hati-Nya.

KITA TAK PERLU MENCARI PUJIAN SESAMA TUHAN TAHU MENGGANJAR KITA YANG MENYENANGKAN HATI-NYA
.

[ KEPO ]


 
Jawab Yesus, "Jika Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang. itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: Ikutlah Aku [Yohanes 21:22]
Anak-anak muda Jakarta akan menjuluki temannya Kepo apabila temannya itu "selalu ingin tahu urusan orang lain". Rasa ingin tahu sebenarnya sangat positif, karena akan menolong seseorang untuk mencari lebih banyak pengetahuan. Akan tetapi, kalau rasa ingin tahu itu berlebihan maka dampaknya bisa negatif, karena mengganggu privasi orang lain.

Penyakit kepo ini ternyata juga pernah menyerang Petrus. Ia ingin tahu mengenai kehidupan Yohanes di masa depan. Maka, Yesus menegur Petrus, sebab apa yang akan terjadi pada Yohanes sama sekali bukan urusan Petrus. Urusan Petrus adalah mengikuti Yesus. Tuhan pasti peduli kepada Yohanes dan tahu apa yang terbaik baginya. Di sisi lain, dia juga peduli terhadap Petrus, tetapi cara Yesus memperlakukan mereka masing-masing bisa berbeda, karena setiap pribadi punya keunikannya sendiri.

Atas adanya perbedaan-perbedaan itu, Allah punya rencana dan kehendak sendiri bagi setiap orang yang percaya kepada Dia. Allah tidak berkewajiban memperlakukan kita sama seperti Dia memperlakukan orang lain. Dia tidak berkewajiban untuk memberkati kita dengan cara yang sama seperti dia memberkati orang lain. kita tak perlu meributkan atau merepotkan diri dengan hal itu. itu sepenuhnya adalah kedaulatan dan wewenang Allah. Tugas kita hanya memastikan bahwa kita sendiri sudah tahu sedang mengikuti Yesus dengan sungguh-sungguh. Apabila kita mengikuti Dia dengan serius, kita tidak akan punya waktu untuk memikir bagaimana Dia memperlakukan orang-orang di sekitar kita. itu bukanlah urusan kita. Mari pikirkan saja bagimana kita dapat mengiring Dia makin dekat.

MASING-MASING PRIBADI KITA UNIK ADANYA DENGAN SEGALA KURANG DAN LEBIHNYA.

[ ADA SAATNYA MENYERAH ]



Beginilah firman TUHAN kepadaku: "Buatlah tali pengikat dan gandar, lalu pasanglah itu pada tengkukmu! [Yeremia 27:2]

Yos memukul tengkuk lelaki itu hingga pingsan. Ia terpaksa melakukannya karena pria itu terus meronta dan menyulitkan saat hendak ditolong dalam proses evakuasi di laut. ketika ia dibuat tak berdaya, Yos bisa merangkul leher pria itu dan berenang membawanya ke pantai.

Bacaan hari ini secara mencengangkan menceritakan bahwa ada saat untuk menyerah, untuk menaklukkan diri kepada orang yang mungkin bukan sahabat kita, bahkan merupakan musuh yang akan mengambil hak kita. Tentu sepanjang hal itu dikehendaki Tuhan. Gandar kayu ditengkuk Yeremia adalah gambarnya. Yeremia diminta memberi tahu raja-raja tetangga bahwa seluruh negeri telah diserahkan ke tangan Nebukadnezar, raja Babel, dan mereka harus takluk kepadanya agar tidak mati oleh pedang, kelaparan, penyakit. Ini pun berlaku bagi Yehuda yang saat itu diperintahkan raja Zedekia. Ini perintah yang sulit dan tak menyenangkan untuk dilakukan, terutama oleh bangsa yang "tegar tengkuk".

Mungkin ada saatnya kita bertanya; mengapa Tuhan menaruh kita diposisi tidak berdaya, mengapa Tuhan seolah-olah melukai ego kita dan tidak membiarkan kita bangkit. Belajar dari kisak evakuasi laut yang dilakukan Yos, ada saatnya ketidakberdayaan itu membantu proses kita diselamatkan dari bahaya yang lebih besar. sayangnya dalam lanjutan bacaan ini, kerajaan Yehuda tidak mau menyerah hingga mereka berakhir di ujung pedang dan pembuangan di Babel.

kita mungkin diizinkan Tuhan untuk tidak berdaya, tetapi bukan berarti Tuhan juga sedang tanpa daya. Jika kita meyakini segala sesuatu tetap dalam kendali Tuhan, kita bisa belajar menyerah pada kehendak Tuhan tanpa takut dan ragu.

TUHAN TIDAK SEDANG TINGGAL DIAM SAAT DIA MEMINTA KITA UNTUK MENYERAH.



[ AKHIR SEBUAH KISAH ]


Kemudian matilah ia pada waktu telah putih rambutnya, lanjut umurnya, penuh kekayaan dan kemuliaan , kemudian naiklah rajalah Salomo, anaknya, menggantikan dia [1 Tawarikh 29:28]

Sebuah kisah tentu ada akhirnya. Ada yang berakhir dengan bahagia, tetapi banyak juga yang berakhir sedih, bahkan tragis. Kalau kita diminta untuk memilih, tentu kita akan memilih kisah yang berakhir bahagia, apalagi kalau itu kisah hidup kita sendiri. Bahkan ada gurauan bahwa kalau bisa kita mengalami masa kecil yang indah, masa muda yang nikmat dan bahagia, lalu di masa tua tinggal manikmati kekayaan dan menunggu masuk surga. tentu ini realistis.

Hidup Daud dapat dikatakan sukses. Ia sukses menjadi raja dan kaya raya dan penuh kemuliaan. Anaknya, Salomo - raja yang akan terkenal karena hikmatnya - akan menggantikannya sebagai raja. Daud, raja sekaligus prajurit sejati, wafat saat usianya sudah tua dan meninggalkan banyak kesan: Karyanya, hikmatnya, kesalehannya, doa-doanya. memang ada raja Israel lain yang lebih makmur dan lebih lama memerintah daripada Daud, tetapi tak ada raja yang lebih saleh darinya. Hingga ia bahkan dihubungkan dengan mesias yang dijanjikan. Ya, Yesus bahkan juga disebut sebagai Anak Daud.

Ketika kita kelat meninggalkan dunia ini, apakah yang kita inginkan agar di ingat orang-orang mengenai kita? Keberhasilan atau kegagalan kita? Apakah perjalanan hidup dan iman yang telah kita perjuangkan bisa menjadi teladan bagi orang-orang yang kita tinggalkan? kiranya bukan sekadar akhir bahagia yang kita inginkan terjadi di hidup kita, melainkan hidup yang telah selesai melaksanakan rancangan Allah bagi kita. Bahwa melalui hidup kita, banyak orang dapat merasakan kasih Tuhan. Melalui hidup kita, nama kristus dimuliakan.

HIDUP YANG SUKSES BUKAN SEKADAR MEMENUHI CITA-CITA PRIBADI MELAINKAN JUGA MEMENUHI CITA-CITA TUHAN MENCIPTAKAN KITA.

[ PENGHARAPAN ]



Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera [Roma 15:3]

Pada 5 Agustus 2010, tambang emas dan tembaga di Copiapo, Cile, runtuh. Sebanyak 33 penambang terperangkap. Regu penyelamat yang mencari mereka, nyaris putus asa. Namun, 17 hari kemudian, diketahui bahwa mereka masih hidup walau terperangkap di dalam tambang sedalam 700 meter. Dan, mereka harus sabar menanti hingga 7 minggu, sebelum mesin bor berhasil menembus lubang tempat mereka berlindung.

Ya, manusia bisa bertahan hidup selama 40 hari tanpa makan, 4 hari tanpa minum, 4 menit tanpa bernafas. Namun, manusia tak mampu hidup bahkan selama 4 detik saja, jika ia tak punya semangat dan harapan. Itu sebabnya di tengah himpitan dan tahap awal aniaya terhadap jemaat Roma, Paulus menasihati agar setiap orang percaya bergantung kepada Allah - sumber pengharapan, sukacita, damai sejahtera. Di tengah tekanan sekalipun, Dia sanggup memberi kekuatan dan pengharapan. Maka, yang kuat dapat menolong yang lemah dan lelah. Dengan kerukunan yang demikian, orang-orang beriman itu memuliakan Allah.

Ketika dunia menganggap 33 penambang Cile itu pahlawan, dengan keras Henriques - salah satu dari mereka - menolaknya. katanya, "Kita bukan pahlawan, dan jika ada pahlawan, itu adalah semangat yang diberikan Tuhan, yang membuat kami bertahan". Ternyata, semasa di dalam tambang ia membacakan sejumlah ayat Alkitab kepada teman-temannya, untuk menjaga semangat mereka.

Mari jalani hidup ini dengan penuh semangat. Apalagi untuk melakukan tugas sebagai saksi Kristus: memberkati dan menolong banyak orang di sekitar kita yang hidup dalam keputusasaan.

HIDUP DIBERI AGAR DIJALANI DENGAN PENUH ARTI MAKA TUHAN MENYALAKAN SEMANGAT AGAR KITA MENJADI BERKAT.

[ BERDIAM DIRI ]



Diamlah dan ketahuilah bahwa Akulah Allah! [Mazmur 46:11]

Henry Weiss - yang telah mengubah namanya menjadi Houdini, adalah ahli meloloskan diri dari berbagai perangkap: tali, pintu sel, borgol, dan sebagainya. Namun, suatu kali saat berada di penjara kecil bernama British Isles, ia kesulitan mengutak-ngatik kunci sel tersebut. Biasanya, dalam tiga puluh detik ia dapat membuka kunci sel, tetapi kali ini tidak. Ia pun lelah, frustrasi, dan putus asa. Maka, ia tak lagi berbuat apa-apa. Ia berdiam, lalu menyandarkan diri ke pintu. Anehnya, pintu itu segera terbuka sebab ternyata tidak terkunci! Ketika berdiam diri, ia justru menemukan penyelesaian masalahnya.

Ini mungkin peristiwa langkah. Namun, ia mengingatkan kita bahwa dalam hidup yang penuh masalah ini, kita perlu punya waktu-waktu khusus untuk berdiam diri - khususnya di kaki Tuhan. Berdiam diri membuat pikiran kita tenang, emosi kita terkendali, dan kita mendapat hikmat Tuhan untuk mengatasi masalah. Sayangnya, kerap kali kita tidak berdiam diri di kaki Tuhan saat masalah datang. kita malah memikirkan sendiri masalah yang sedang kita hadapi, dan sibuk mencari cara untuk mengatasinya. Hasilnya, kita frustrasi dan putus asa.

Jadi, mengapa kita tidak mencoba menyerahkan semuanya kepada Tuhan? Ketika melakukannya, Pemazmur mengalami bagaimana Tuhan bertindak. Dan, ia bersaksi bahwa Allah itu "tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti". Jalan keluar serta jawabannya barangkali di luar dugaan kita, bahkan sangat berbeda dengan cara-cara yang sudah kita bayangkan. Jika Dia terbukti dapat selalu menolong, mengapa kita menunda untuk duduk diam di kaki-Nya?

TUHAN TAK PERNAH KEKURANGAN CARA UNTUK MENOLONG KITA JADI MENGAPA KITA TIDAK MENGANDALKAN DIA?

[ SADAR DIRI ]

Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya, "Kristus Yesus datang kedunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa [1 Timotius 1:15]

Mila sangat terpukul ketika mengetahui bahwa dirinya ternyata adalah anak angkat dari orang tua yang mengasuhnya selama ini. Namun sejak itu, Mila lebih rajin membantu menjaga toko kedua orangtuanya. Apalagi ketika Mila menikah dan memiliki anak. Ia makin menyadari betapa besarnya kasih orangtua angkatnya. Mereka telah membesarkannya dengan susah payah, dengan kasih yang sesungguhnya tidak layak ia terima. Demikianlah Mila makin lama makin mengasihi kedua orangtua angkatnya.

Kitab 1 Timotius ditulis oleh Paulus pada akhir hidupnya. Sejak pertobatannya, Paulus telah melakukan begitu banyak pelayanan - mendirikan jemaat di berbagai daerah. Paulus telah menempuh begitu banyak bahaya dan penderitaan karena injil. Dari semua pengalaman itu, Paulus mengatakan bahwa kerinduan terbesarnya adalah makin mengenal Tuhan yang ia layani. Maka, di akhir hidupnya Paulus tidak menjadi sombong, tetapi malah makin menyadari anugerah Tuhan yang begitu besar kepadanya. Bahkan, Paulus mengatakan, bahwa ialah orang yang paling berdosa. Mengapa? Karena makin orang mengenal Kristus, ia makin mengenal siapa dirinya, makin mengerti besarnya anugerah yang ia terima, dan makin memberi diri untuk kemuliaan Tuhan.

ketika kita makin mendalami firman Tuhan, adakah kita makin mengenal siapa Allah yang kita sembah dan siapa kita sesungguhnya? Atau, jangan-jangan semua itu hanya menjadi pengetahuan yang mengisi otak, yang justru membuat kita tinggi hati? Bagaiamanakah mengenal akan Tuhan ini mempengaruhi sikap hati kita ketika melayani Tuhan?

PENGENALAN AKAN TUHAN MEMAMPUKAN KITA BERCERMIN DIRI DAN MENYADARI BESARNYA ANUGERAH TUHAN YANG DIBERI.

[ MEMBERI HINGGA SAKIT ]


....janda ini memberi dari kekurangannya,bahkan seluruh nafkah yang dimilikinya [Lukas 21:4]

Ada bermacam suara hati bisa mncul takkala kita memberi persembahan. "Sudah pantaskah apa yang saya persembahkan ini?" Atau, "Sudah benarkah motivasi saya dalam memberi?" Atau, "Apakah komentar Tuhan atas persembahan saya?" Atau, "Kiranya Tuhan mengampuni saya atas persembahan sejumlah ini."

Ketika Yesus melihat orang-orang memberi persembahan, Dia berkata: Janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang [kaya] itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkah yang dimilikinya". Ternyata yang dinilai banyak, bukanlah jumlahnya. perhatikan bahwa dua uang tembaga di janda adalah miliknya. Jadi, si janda memberi lebih banyak. uang tembaga adalah mata uang terkecil; dan si janda adalah orang tak berpunya. walau sedikit, jumlah itu besar bagi si "kosong".

Sudut pandang Yesus terhadap persembahan kita sudah pasti bukan soal besarnya jumlah, melainkan besarnya kasih yang memampukan kita untuk mau memberi sampai "merasa sakit". Saat kita berani memberi dengan rela sejumlah persembahan yang ketika diberikan terasa "sakit" - sebab itu bagian dari penghidupan kita - maka kita tak perlu ragu. Pemberian yang demikian sangat dihargai Tuhan. seperti Ibu Teresa pernah menulis: "Satu hal yang saya pinta dari Anda, jangan pernah takut untuk memberi. Namun, jangan memberi dari kelebihan Anda. Berikanlah saat hal itu sukar bagi Anda".

TUHAN, AJAR SAYA UNTUK TIDAK SEMBARANGAN MEMBERI TETAPI MEMBERI DENGAN SUNGGUH DARI KASIH SEJATI DI HATI.


[ BERISTIRAHAT ]


enam hari lamanyaTUHAN menjadikan langit dan bumi, dan pada hari yang ketujuh Ia berhenti bekerja untuk beristirahat [Keluaran 31:17]

Ada banyak cara orang beristirahat. Ada yang menikmatinya dengan berolahraga atau berjalan-jalan bersama sahabat. Ada yang berekreasi dengan bermain video game atau menikmati makanan enak. Ada juga yang menikmatinya dengan tidur atau sekadar bermalas-malasan di rumah. Saya sendiri menikmati istirahat dengan pergi ke tempat wisata alam.

Apa pun caranya, istirahat adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidup kita. Namun, ada sebagian orang yang melihat istirahat sebagai suatu yang tidak produktif. Memang pada zaman ini, semua orang dituntut untuk bersaing dan berusaha menjadi yang paling unggul. Seorang pegawai bekerja lembur setiap hari supaya tidak dicap sebagai pegawai yang kalah rajin dibandingkan yang lain. Seorang anak dipaksa memenuhi waktu kosongnya dengan berbagai macam kursus, supaya ia lebih unggul daripada anak-anak yang lain.

Akan tetapi, mari kita mengingatkan bagaimana secara khusus Tuhan menciptakan hari Sabat. Apabila mengikuti pola-Nya ketika menciptakan dunia, sesungguhnya Tuhan sedang mengajar kita untuk bekerja selama enam hari, kemudian beristirahat di hari yang ketujuh. Melaluinya, Tuhan hendak menunjukkan bahwa istirahat bukanlah sesuatu yang tidak produktif. Sebaliknya, inilah kunci keseimbangan hidup - istirahat justru sangat penting untuk menyegarkan kita secara fisik dan rohani.

Maka, ketika kita lelah, jangan ragu untuk beristirahat. Secara teratur, selalu sediakan waktu untuk beristirahat. Setelah istirahat itu dijalani, kita akan dikuatkan dan disegarkan untuk kembali melanjukkan tugas dengan lebih baik.

BERISTIRAHATLAH SETELAH BERKARYA AGAR KITA PUNYA KEKUATAN UNTUK MENGERJAKAN KARYA BERIKUTNYA.

[ SEBELAS SAHABAT KECIL ]


Maka bersiaplah Yonatan, anak Saul, lalu pergi kepada Daud di koresa. Ia menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah [1 Samuel 23:16]

Saya [David] punya sebelas sahabat kecil dari Lembah Baliem, Wamena, di pegunungan Tengah Papua. Awalnya, seorang guru di sana meminta saya dan beberapa teman menjadi sahabat pena murid-muridnya. Persahabatan lewat surat ini dimaksudkan untuk menolong anak-anak agar suka menulis dan melatih mereka mengekspresikan pikirannya. Mereka bercerita tentang alam Wamena yang indah, guru, teman-teman, keluarga, pelajaran yang tidak disukai, juga cita-cita mereka. Hal yang paling membahagiakan buat saya adalah setiap surat selalu ada tiga kalimat wajib; yaitu "I Love You,kak", "Saya akan selalu mendoakan kakak", dan "Tuhan memberkati kakak".

Persahabatan ini tidak hanya berarti bagi sebelas sahabat kecil saya, tetapi juga buat saya. Kasih mereka yang polos dan doa-doa mereka membuat saya mengucap syukur kepada Allah. ini mengingatkan saya pada persahabatan Daud dan Yonatan. Yonatan mengasihi Daud seperti mengasihi dirinya sendiri. Saat Saul, ayahnya, berencana buruk kepada Daud, Yonatan tetap berbuat baik. Di Koresa, Daud dalam keadaan was-was karena nyawanya terancam. Akan tetapi Yonatan menemani Daud, menunjukkan kepada Daud bahwa Tuhan selalu menyertai , dan yang terpenting, menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah.

Saya tak meminta sahabat-sahabat saya mendoakan saya, tetapi mereka melakukannya dengan dengan tulus. Dan, saya merasa kasih Allah yang luar biasa. Daud juga pasti mengucap syukur kepada Allah atas penguatan Yonatan, atas sahabat seperti dia. Anda pun dapat bersyukur atas kehadiran sahabat Anda, yang dalam susah maupun senang, menguatkan kepercayaan Anda kepada Allah.

SAHABAT SEJATI TIDAK MEMAKSA ANDA MEMPERCAYAINYA TETAPI IA MEMASTIKAN ANDA MEMPERCAYAI ALLAH.

[ KUALITAS KESETIAAN ]


....Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa...[Keluaran 19:5]

Ada sebuah ungkapan lama yang mengatakan bahwa janji adalah utang. Maksudnya, apabila seseorang sudah mengucapkan sebuah janji maka janji itu harus ditepati. Jika tidak, orang itu bisa dianggap "pengobral janji palsu"

Hari ini kita juga belajar tentang janji. Yakni janji antara Tuhan dan umat-Nya. janji ini digagasan oleh Allah dan bersifat mengikat antara Allah dengan umat Israel. Dalam janji ini Allah berinisiatif menjadikan bangsa Israel "harta kesayangan di antara segala bangsa" dan "kerajaan imam dan bangsa yang kudus". Tawaran semacam ini tentu sangat istimewa sebab Tuhan sendirilah yang berjanji. Janji yang disampaikan Allah sudah pasti mengandung "jaminan mutu", tak perlu diragukan lagi. permasalahannya, apakah umat Israel mampu memenuhi syarat untuk hidup sebagai umat perjanjian? Syaratnya satu saja: "sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-ku". Dengan kata lain, umat perjanjian ini mesti berikrar setia dengan segenap hati untuk hidup sebagai umat kepunyaan Allah, yang hanya bersandar pada sabda-Nya!

kita adalah umat Allah. kepada kita, Allah telah memberikan diri-Nya dan juga perjanjian kasih-Nya. sebagai tanggapannya, bagaimana kualitas kesetiaan kita? Bagaimanakah sikap kita jika persoalan dan kesulitan hidup datang? Apakah kita menjadi kecewa dan marah kepada Allah, lalu lari meninggalkan-nya? Setialah, setialah....walaupun kadang kala hal ini terasa berat untuk dilakukan. Ingatlah, Allah kita yang setia selalu siap mendukung kita "di atas sayap rajawali"-Nya.

ALLAH KITA ADALAH PRIBADI YANG SETIA KIRANYA HIDUP KITA JUGA MENUNJUKKAN SETIA KEPADA-NYA.


[ MUJIZAT MASIH TERJADI ]


Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya kerajaan Allah sudah datang kepadamu [Lukas 11:20]

Mujizat masih terus terjadi hingga saat ini. Namun, dari dulu hingga sekarang, banyak orang yang sulit mempercayai adanya mujizat, dan selalu punya alasan untuk menyangkal. Lihat ketika Yesus mengadakan mujizat: mengusir setan dan menyembuhkan si bisu. Orang Farisi yang tidak mau mengakui keilahian Kristus, berdalih untuk tidak mempercayai-Nya malah mengatakan bahwa Yesus melakukan dengan kuasa penghulu setan. Bagaimana mungkin pimpinan setan mengusir setan yang menjadi anak buahnya? Bukankah seharusnya mereka mengakui bahwa Yesus melakukannya karena kuasa Roh Allah? Bukankah seharusnya mereka mengakui bahwa Kerjaan Allah hadir dalam diri Yesus? dengan tegas Yesus berkata bahwa orang yang tak mempercayai Dia, berarti melawan Dia.

Apakah Anda mempercayai Dia? Dia masih terus mengadakan banyak mujizat setiap hari. bukankah hidup Anda sendiri adalah mujizat Allah? Maukah Anda mengakuinya?

TUHAN MASIH TERUS BERKARYA DENGAN BANYAK CARA HINGGA KINI AGAR MANUSIA DIKUATKAN OLEH KEBESARAN-NYA DI HIDUP INI.


[ BAPA ]


....Kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" [Roma 8:15]

Bilquis Sheikh menuliskan kisah hidupnya dalam buku / Dared to Call Him Father. "Aku tiba-tiba menyadari bahwa Dia
mendengarkanku. sama seperti bapaku di dunia mendengarkanku....Tiba-tiba aku merasa ada orang lain yang hadir di situ. Dia ada di situ. Aku bisa merasa hadirat-Nya....Aku merasa seperti gadis kecil yang duduk dipangkuan Bapanya, "demikian ia menulis. Kenyataan bahwa ia bisa memanggil Allah dengan sebutan Bapa membawa Bilquis merasa kasih-Nya yang luar biasa.

Rasul Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Roma juga membukakan betapa luar biasanya hal ini. Ia menulis bahwa orang-orang kristiani yang dipimpin oleh Roh Allah adalah anak-anak Allah, dan sebagai anak, kita memanggil-Nya dengan sebutan Bapa. Perhatikanlah berkat Bapa bagi anak-anak-Nya. Pertama kita diberi kemampuan untuk mematikan perbuatan-perbuatan daging. Itu artinya kita diberi kesanggupan untuk menolak dosa, berkata tidak terhadap cobaan. Kedua, kita tidak lagi menerima roh perbudakan yang membuat kita takut. ketiga, kita adalah ahli waris dari janji-janji Allah. Berkat-berkat yang hebat dari Bapa yang hebat!

Seberapa sering kesadaran bahwa kita punya Bapa di surga mewarnai kehidupan kita sehari-hari? Kerap kita mengalah pada dosa, berputar-putar dalam ketakutan dan kekhawatiran hidup di dunia. Kita perlu lebih sering mengingat identitas kita sebagai anak Allah. Dan, biarlah rasa hormat dan sukacita mengalir deras di hati setiap kali secara sadar kita memanggil-nya sebagai Bapa.

MEMANGGIL TUHAN DENGAN SEBUTAN BAPA ADALAH HAK ISTIMEWA ANAK-ANANK-NYA.

Blog Archive

Blog Archive

Pages - Menu

 
 
Blogger Templates