Berkatalah Israel kepada Yusuf: "Sekarang bolehkah aku mati, setelah
aku melihat mukamu dan mengetahui bahwa engkau masih hidup" [Kejadian
46:30]
Harold Kushner, seorang rabi dan penulis termasyhur, pernah mengemukakan bahwa pada usia di atas lima puluh, biasanya manusia mempunyai satu kerinduan khusus, yakni kerinduan akan makna. Ia pun menanyai dirinya sendiri, "Apa artinya dari semua yang kumiliki, apa arti hidupku?" Ia ingin mendapatkan arti hidup. Demikian pula kurang lebih perasaan Yakub dalam kisah yang kita baca hari ini.
Yakub telah begitu lama terpisah dengan Yusuf, anak kesayangannya. Bayangkan 22 tahun! Dan, selama itu pula ia seolah-olah kehilangan makna hidup. Saat berjumpa lagi, pertemuan mereka begitu mengharukan! Yusuf memeluk leher ayahnya dan lama menangis di bahunya. Pertemuan itu menghadirkan keharuan memuncak, juga kelegaan yang mendalam bagi Yakub. Katanya, "Sekarang, bolehkah aku mati setelah aku melihat mukamu dan mengetahui bahwa engkau masih hidup...." . Kembali melihat Yusuf adalah hal yang menyempurnakan dan "memberi gizi" bagi jiwa Yakub pada masa tuanya.
Ada kalanya hidup seseorang begitu "pahit" sehingga ia melihat segala sesuatu dengan muram dan suram. Kehilangan, kerinduan akan sesuatu, harapan yang belum tercapai, masa lalu yang pedih, bisa menjadi musababnya. Dalam relasi dengan sesama, apakah kehadiran kita memberikan "nutrisi" atau "gizi" pada jiwa orang lain, sehingga hidup mereka kembali bermakna? Kita bisa memulainya, setidaknya dari lingkungan terkecil, yakni keluarga. Hadirkanlah diri disitu, Berikan perhatian dan kasih yang nyata. Kita dapat menjadi penguat bagi mereka, agar tegar menghadapi serta mengelolah segala kepahitan hidup yang mungkin menghampiri.
JADILAH PRIBADI YANG SELALU SIAP MEMBERI MAKNA KHUSUSNYA AGAR ORANG LAIN MERASAKAN HIDUPNYA BERHARGA - RENUNGKAN BAIK-BAIK!
Harold Kushner, seorang rabi dan penulis termasyhur, pernah mengemukakan bahwa pada usia di atas lima puluh, biasanya manusia mempunyai satu kerinduan khusus, yakni kerinduan akan makna. Ia pun menanyai dirinya sendiri, "Apa artinya dari semua yang kumiliki, apa arti hidupku?" Ia ingin mendapatkan arti hidup. Demikian pula kurang lebih perasaan Yakub dalam kisah yang kita baca hari ini.
Yakub telah begitu lama terpisah dengan Yusuf, anak kesayangannya. Bayangkan 22 tahun! Dan, selama itu pula ia seolah-olah kehilangan makna hidup. Saat berjumpa lagi, pertemuan mereka begitu mengharukan! Yusuf memeluk leher ayahnya dan lama menangis di bahunya. Pertemuan itu menghadirkan keharuan memuncak, juga kelegaan yang mendalam bagi Yakub. Katanya, "Sekarang, bolehkah aku mati setelah aku melihat mukamu dan mengetahui bahwa engkau masih hidup...." . Kembali melihat Yusuf adalah hal yang menyempurnakan dan "memberi gizi" bagi jiwa Yakub pada masa tuanya.
Ada kalanya hidup seseorang begitu "pahit" sehingga ia melihat segala sesuatu dengan muram dan suram. Kehilangan, kerinduan akan sesuatu, harapan yang belum tercapai, masa lalu yang pedih, bisa menjadi musababnya. Dalam relasi dengan sesama, apakah kehadiran kita memberikan "nutrisi" atau "gizi" pada jiwa orang lain, sehingga hidup mereka kembali bermakna? Kita bisa memulainya, setidaknya dari lingkungan terkecil, yakni keluarga. Hadirkanlah diri disitu, Berikan perhatian dan kasih yang nyata. Kita dapat menjadi penguat bagi mereka, agar tegar menghadapi serta mengelolah segala kepahitan hidup yang mungkin menghampiri.
JADILAH PRIBADI YANG SELALU SIAP MEMBERI MAKNA KHUSUSNYA AGAR ORANG LAIN MERASAKAN HIDUPNYA BERHARGA - RENUNGKAN BAIK-BAIK!