Kedengaranlah
kepada Yakub anak-anak Laban berkata demikian: "Yakub telah mengambil
segala harta milik ayah kita dan dari harta itulah ia membangun segala
kekayaannya" [Kejadian 31:1]
Si kodok, yang hidup di tepi kolam, terkadang tidur dengan perut keroncongan karena seharian tak ada serangga lewat. Ia iri pada ikan di kolam. Kerja mereka hanya berenang-renang, tetapi pemilik kolam pasti memberi makan setiap pagi dan petang. Ingin ia hidup seperti itu. Suatu siang, pemilik kolam datang, bukan untuk memberi makan, tetapi membawa jaring untuk menangkap ikan. "malam ini kita pesta ikan panggang," Katanya. Mendengarnya, si kodok tersadar, betapa beruntung ia karena dirinya seekor kodok.
Anak-anak Laban tampaknya juga dilanda rasa iri. Karena itu mereka mulai berbicara di belakang Yakub, menuduhnya mengambil harta milik ayah mereka. Maklum, Yakub yang tadinya tidak punya apa-apa, kini punya banyak kambing, domba, unta dan keledai. Parahnya, Yakub dituduh, "mengambil segala harta milik ayah" mereka. Segala? Bukankah sebagai anak-anak Laban, mereka memiliki bagian dari harta milik ayah mereka? Benarkah Yakub mengambil "segala" harta Laban? Membandingkan diri dengan orang lain, mereka mendapati diri mereka serba kekurangan. Betapa malangnya!
Iri hati bisa timbul ketika kita kehilangan rasa syukur atas apa yang Tuhan berikan. Kita mulai membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Kasih menjadi luntur, berganti rasa tidak aman dan curiga. Jika Anda mulai mengalaminya, waspadalah. Firman Tuhan mengingatkan kita, di mana ada iri hati di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Naikkan dosis syukur dan kasih setiap hari, agar tak bisa tumbuh iri di hati.
INGATKAN AKU AKAN KASIH-MU YANG MELIMPAH, TUHAN DAN ANUGERAH-MU CUKUP BAGIKU SETIAP WAKTU.
Si kodok, yang hidup di tepi kolam, terkadang tidur dengan perut keroncongan karena seharian tak ada serangga lewat. Ia iri pada ikan di kolam. Kerja mereka hanya berenang-renang, tetapi pemilik kolam pasti memberi makan setiap pagi dan petang. Ingin ia hidup seperti itu. Suatu siang, pemilik kolam datang, bukan untuk memberi makan, tetapi membawa jaring untuk menangkap ikan. "malam ini kita pesta ikan panggang," Katanya. Mendengarnya, si kodok tersadar, betapa beruntung ia karena dirinya seekor kodok.
Anak-anak Laban tampaknya juga dilanda rasa iri. Karena itu mereka mulai berbicara di belakang Yakub, menuduhnya mengambil harta milik ayah mereka. Maklum, Yakub yang tadinya tidak punya apa-apa, kini punya banyak kambing, domba, unta dan keledai. Parahnya, Yakub dituduh, "mengambil segala harta milik ayah" mereka. Segala? Bukankah sebagai anak-anak Laban, mereka memiliki bagian dari harta milik ayah mereka? Benarkah Yakub mengambil "segala" harta Laban? Membandingkan diri dengan orang lain, mereka mendapati diri mereka serba kekurangan. Betapa malangnya!
Iri hati bisa timbul ketika kita kehilangan rasa syukur atas apa yang Tuhan berikan. Kita mulai membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Kasih menjadi luntur, berganti rasa tidak aman dan curiga. Jika Anda mulai mengalaminya, waspadalah. Firman Tuhan mengingatkan kita, di mana ada iri hati di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Naikkan dosis syukur dan kasih setiap hari, agar tak bisa tumbuh iri di hati.
INGATKAN AKU AKAN KASIH-MU YANG MELIMPAH, TUHAN DAN ANUGERAH-MU CUKUP BAGIKU SETIAP WAKTU.