Demikianlah
hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus yang
kepadanya dipercayakan rahasia Allah [1 Korintus 4:1]
Bagaimana rasanya kalau ada orang yang memanggil atau memperlakukan Anda dengan sebutan "hamba"? Dalam Alkitab, 'hamba" berasal dari kata doulus yang berarti "budak belian", yang tidak memiliki hak apapun dalam hidupnya kecuali ia ditebus orang atau dibebaskan oleh majikan yang murah hati. Kristus menyebut pengikut-Nya sebagai murid dan sahabat-Nya, bukan hamba [lihat Yohanes 13:35; 15:15]. Namun, Dia sendiri meneladankan hidup sebagai seorang hamba, dan mengajarkan bagaimana seharusnya para murid bersikap sebagai seorang hamba [lihat Yohanes 13:1-20; Lukas 17:7-10]
Rasul Paulus sering menyebut sendiri dirinya dan teman-temannya sebagai hamba-hamba kristus [lihat Roma 1:1; Titus 1:1; Filipi1:1], sama seperti yang kita baca hari ini. Bukan dengan nada sedih atau paksaan, melainkan dengan nada bangga, karena Tuhan mempercayakan kepada mereka tugas yang penting. Dalam perselisihan jemaat Korintus, Paulus tidak memegahkan diri sebagai pemimpin yang hebat. Bukan penilaian orang yang penting baginya, tetapi penilaian Tuhan. Mengapa? Karena ia adalah hamba-Nya.
Bagaimana kita memandang diri kita dihadapan Tuhan? Kesadaran bahwa kita adalah budak dosa yang telah ditebus oleh Kristus seharusnya membanjiri hati kita dengan rasa syukur dan kasih kepada Dia yang telah membebaskan kita. Mendorong kita menjalani setiap hari bukan untuk menyenangkan orang lain melainkan untuk menyenangkan Sang Pemilik hidup kita. Seperti Paulus, kita bangga dikenal sebagai hamba-hamba Kristus.
MELAYANI TUHAN ADALAH SUKACITA DAN KEHORMATAN SIAPAKAH AKU SEHINGGA BOLEH MENJADI HAMBA-MU?
Bagaimana rasanya kalau ada orang yang memanggil atau memperlakukan Anda dengan sebutan "hamba"? Dalam Alkitab, 'hamba" berasal dari kata doulus yang berarti "budak belian", yang tidak memiliki hak apapun dalam hidupnya kecuali ia ditebus orang atau dibebaskan oleh majikan yang murah hati. Kristus menyebut pengikut-Nya sebagai murid dan sahabat-Nya, bukan hamba [lihat Yohanes 13:35; 15:15]. Namun, Dia sendiri meneladankan hidup sebagai seorang hamba, dan mengajarkan bagaimana seharusnya para murid bersikap sebagai seorang hamba [lihat Yohanes 13:1-20; Lukas 17:7-10]
Rasul Paulus sering menyebut sendiri dirinya dan teman-temannya sebagai hamba-hamba kristus [lihat Roma 1:1; Titus 1:1; Filipi1:1], sama seperti yang kita baca hari ini. Bukan dengan nada sedih atau paksaan, melainkan dengan nada bangga, karena Tuhan mempercayakan kepada mereka tugas yang penting. Dalam perselisihan jemaat Korintus, Paulus tidak memegahkan diri sebagai pemimpin yang hebat. Bukan penilaian orang yang penting baginya, tetapi penilaian Tuhan. Mengapa? Karena ia adalah hamba-Nya.
Bagaimana kita memandang diri kita dihadapan Tuhan? Kesadaran bahwa kita adalah budak dosa yang telah ditebus oleh Kristus seharusnya membanjiri hati kita dengan rasa syukur dan kasih kepada Dia yang telah membebaskan kita. Mendorong kita menjalani setiap hari bukan untuk menyenangkan orang lain melainkan untuk menyenangkan Sang Pemilik hidup kita. Seperti Paulus, kita bangga dikenal sebagai hamba-hamba Kristus.
MELAYANI TUHAN ADALAH SUKACITA DAN KEHORMATAN SIAPAKAH AKU SEHINGGA BOLEH MENJADI HAMBA-MU?