Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. ~ Roma 3:23
Dalam hidup kita akan dihadapkan pada berbagai pilihan dan keputusan yang semuanya itu mengharapkan kita pada suatu konsekuensi logis. Bila tertangkap basah melanggar peraturan lalu lintas, maka konsekuensi logisnya adalah harus ditilang dan menjalani sidang di pengadilan. Namun di Taipei, Taiwan, ada suatu konsekuensi yang unik bagi orang yang melakukan pelaggaran kecil dalam hukum. Orang yang tertangkap basah mabuk misalnya, biasa memilih sendiri hukumnya. Ia bisa membayar denda atau menemani orang yang berusia lanjut untuk bermain mahyong, suatu permainan tradisional masyarakat setempat.
Roma 3:23 dengan jelas mengatakan bahwa semua manusia telah jatuh dalam dosa, maka konsekuensi logisnya adalah kehilangan kemuliaan Allah. Keberadaan manusia berdosa tak hanya melahirkan konsekuensi logis seperti itu saja, tetapi juga menghadapkan manusia pada hukum kekal. Bersyukurlah karena Allah mengambil inisiatif yang luar biasa. Ia menyerahkan Anak-Nya yang tunggal untuk menebus kita dari kuasa dosa, maka konsekuensi logisnya adalah kita diberikan hidup yang baru dan jaminan hidup kekal.
Demikian juga setelah kita menjadi orang Kristen, konsekuensi logisnya itu akan tetap berjalan. Disaat kita melakukan kesalahan dan berbuat dosa, maka konsekuensi logisnya adalah kita menerima disiplin dari Tuhan. Saat kita membaca kisah tentang hukuman yang berlakukan di Taiwan itu, mungkin dalam pandangan kita, konsekuensi akibat pelaggaran yang terjadi di Taiwan tersebut tampaknya sederhana saja. Namun bila kita mencermati lebih dalam, maka kita akan melihat bahwa segala sanksi atau konsekuensi itu ditujukan untuk membuat perubahan yang lebih baik dalam kehidupan seseorang. Demikian juga hal ini akan terjadi dalam kehidupan kita. Berbuat dosa akan menghasilkan hukum dan ganjaran, tapi melakukan kebenaran dan hidup dalam kehendak Allah juga akan menghasilkan konsekuensi logis, yaitu penggenapan janji-janji Allah.
"Setiap hal yang kita lakukan akan selalu membuahkan konsekuensi logis"
Dalam hidup kita akan dihadapkan pada berbagai pilihan dan keputusan yang semuanya itu mengharapkan kita pada suatu konsekuensi logis. Bila tertangkap basah melanggar peraturan lalu lintas, maka konsekuensi logisnya adalah harus ditilang dan menjalani sidang di pengadilan. Namun di Taipei, Taiwan, ada suatu konsekuensi yang unik bagi orang yang melakukan pelaggaran kecil dalam hukum. Orang yang tertangkap basah mabuk misalnya, biasa memilih sendiri hukumnya. Ia bisa membayar denda atau menemani orang yang berusia lanjut untuk bermain mahyong, suatu permainan tradisional masyarakat setempat.
Roma 3:23 dengan jelas mengatakan bahwa semua manusia telah jatuh dalam dosa, maka konsekuensi logisnya adalah kehilangan kemuliaan Allah. Keberadaan manusia berdosa tak hanya melahirkan konsekuensi logis seperti itu saja, tetapi juga menghadapkan manusia pada hukum kekal. Bersyukurlah karena Allah mengambil inisiatif yang luar biasa. Ia menyerahkan Anak-Nya yang tunggal untuk menebus kita dari kuasa dosa, maka konsekuensi logisnya adalah kita diberikan hidup yang baru dan jaminan hidup kekal.
Demikian juga setelah kita menjadi orang Kristen, konsekuensi logisnya itu akan tetap berjalan. Disaat kita melakukan kesalahan dan berbuat dosa, maka konsekuensi logisnya adalah kita menerima disiplin dari Tuhan. Saat kita membaca kisah tentang hukuman yang berlakukan di Taiwan itu, mungkin dalam pandangan kita, konsekuensi akibat pelaggaran yang terjadi di Taiwan tersebut tampaknya sederhana saja. Namun bila kita mencermati lebih dalam, maka kita akan melihat bahwa segala sanksi atau konsekuensi itu ditujukan untuk membuat perubahan yang lebih baik dalam kehidupan seseorang. Demikian juga hal ini akan terjadi dalam kehidupan kita. Berbuat dosa akan menghasilkan hukum dan ganjaran, tapi melakukan kebenaran dan hidup dalam kehendak Allah juga akan menghasilkan konsekuensi logis, yaitu penggenapan janji-janji Allah.
"Setiap hal yang kita lakukan akan selalu membuahkan konsekuensi logis"
Tuhan memberkati