skip to main |
skip to sidebar
....Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada
perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari
antara segala bangsa...[Keluaran 19:5]
Ada sebuah ungkapan lama
yang mengatakan bahwa janji adalah utang. Maksudnya, apabila seseorang
sudah mengucapkan sebuah janji maka janji itu harus ditepati. Jika
tidak, orang itu bisa dianggap "pengobral janji palsu"
Hari ini kita juga belajar tentang janji. Yakni janji antara Tuhan dan
umat-Nya. janji ini digagasan oleh Allah dan bersifat mengikat antara
Allah dengan umat Israel. Dalam janji ini Allah berinisiatif menjadikan
bangsa Israel "harta kesayangan di antara segala bangsa" dan "kerajaan
imam dan bangsa yang kudus". Tawaran semacam ini tentu sangat istimewa
sebab Tuhan sendirilah yang berjanji. Janji yang disampaikan Allah sudah
pasti mengandung "jaminan mutu", tak perlu diragukan lagi.
permasalahannya, apakah umat Israel mampu memenuhi syarat untuk hidup
sebagai umat perjanjian? Syaratnya satu saja: "sungguh-sungguh
mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-ku". Dengan kata
lain, umat perjanjian ini mesti berikrar setia dengan segenap hati untuk
hidup sebagai umat kepunyaan Allah, yang hanya bersandar pada
sabda-Nya!
kita adalah umat Allah. kepada kita, Allah telah
memberikan diri-Nya dan juga perjanjian kasih-Nya. sebagai tanggapannya,
bagaimana kualitas kesetiaan kita? Bagaimanakah sikap kita jika
persoalan dan kesulitan hidup datang? Apakah kita menjadi kecewa dan
marah kepada Allah, lalu lari meninggalkan-nya? Setialah,
setialah....walaupun kadang kala hal ini terasa berat untuk dilakukan.
Ingatlah, Allah kita yang setia selalu siap mendukung kita "di atas
sayap rajawali"-Nya.
ALLAH KITA ADALAH PRIBADI YANG SETIA KIRANYA HIDUP KITA JUGA MENUNJUKKAN SETIA KEPADA-NYA.
Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya kerajaan Allah sudah datang kepadamu [Lukas 11:20]
Mujizat masih terus terjadi hingga saat ini. Namun, dari dulu hingga
sekarang, banyak orang yang sulit mempercayai adanya mujizat, dan selalu
punya alasan untuk menyangkal. Lihat ketika Yesus mengadakan mujizat:
mengusir setan dan menyembuhkan si bisu. Orang Farisi
yang tidak mau mengakui keilahian Kristus, berdalih untuk tidak
mempercayai-Nya malah mengatakan bahwa Yesus melakukan dengan kuasa
penghulu setan. Bagaimana mungkin pimpinan setan mengusir setan yang
menjadi anak buahnya? Bukankah seharusnya mereka mengakui bahwa Yesus
melakukannya karena kuasa Roh Allah? Bukankah seharusnya mereka mengakui
bahwa Kerjaan Allah hadir dalam diri Yesus? dengan tegas Yesus berkata
bahwa orang yang tak mempercayai Dia, berarti melawan Dia.
Apakah Anda mempercayai Dia? Dia masih terus mengadakan banyak mujizat
setiap hari. bukankah hidup Anda sendiri adalah mujizat Allah? Maukah
Anda mengakuinya?
TUHAN MASIH TERUS BERKARYA DENGAN BANYAK CARA HINGGA KINI AGAR MANUSIA DIKUATKAN OLEH KEBESARAN-NYA DI HIDUP INI.
....Kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" [Roma 8:15]
Bilquis Sheikh menuliskan kisah hidupnya dalam buku / Dared to Call Him Father. "Aku tiba-tiba menyadari bahwa Dia
mendengarkanku. sama seperti bapaku di dunia mendengarkanku....Tiba-tiba
aku merasa ada orang lain yang hadir di situ. Dia ada di situ. Aku bisa
merasa hadirat-Nya....Aku merasa seperti gadis kecil yang duduk
dipangkuan Bapanya, "demikian ia menulis. Kenyataan bahwa ia bisa
memanggil Allah dengan sebutan Bapa membawa Bilquis merasa kasih-Nya
yang luar biasa.
Rasul Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di
Roma juga membukakan betapa luar biasanya hal ini. Ia menulis bahwa
orang-orang kristiani yang dipimpin oleh Roh Allah adalah anak-anak
Allah, dan sebagai anak, kita memanggil-Nya dengan sebutan Bapa.
Perhatikanlah berkat Bapa bagi anak-anak-Nya. Pertama kita diberi
kemampuan untuk mematikan perbuatan-perbuatan daging. Itu artinya kita
diberi kesanggupan untuk menolak dosa, berkata tidak terhadap cobaan.
Kedua, kita tidak lagi menerima roh perbudakan yang membuat kita takut.
ketiga, kita adalah ahli waris dari janji-janji Allah. Berkat-berkat
yang hebat dari Bapa yang hebat!
Seberapa sering kesadaran
bahwa kita punya Bapa di surga mewarnai kehidupan kita sehari-hari?
Kerap kita mengalah pada dosa, berputar-putar dalam ketakutan dan
kekhawatiran hidup di dunia. Kita perlu lebih sering mengingat identitas
kita sebagai anak Allah. Dan, biarlah rasa hormat dan sukacita mengalir
deras di hati setiap kali secara sadar kita memanggil-nya sebagai Bapa.
MEMANGGIL TUHAN DENGAN SEBUTAN BAPA ADALAH HAK ISTIMEWA ANAK-ANANK-NYA.
Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus [Galatia 6:2]
Pada saat bencana banjir di Brisbane Queensland Australia akhir tahun
2010 lalu, Armin Gerlach - seorang teknisi kantor berita - berhasi
mengabadikan sebuah momen langkah. Yakni rekaman foto tentang
persahabatan seekor katak hijau yang mendapat tumpngan di punggung
seekor ular coklat yang berenang
melintasi genangan air akibat banjir. Bukankah seekor ular biasanya
melahap katak yang lemah sebagai mangsanya? Namun, ketika bencana
menimpa, dua hewan itu mampu mengesampingkan segala perbedaan di antara
keduanya hingga si kuat memberi diri menyelamatkan si lemah.
Sebagai makhluk yang lebih mulia, seharusnya manusia bisa bersikap lbih
dari itu. Namun kenyataan, banyak orang hidup dengan memuaskan nafsu
dagingnya sampai saling menggigit, menelan, dan membinasakan. Oleh sebab
itu, Paulus mengingatkan bhawa kita telah dimerdekakan dari perbudakan
dosa oleh penebusan kristus. Maka, jangan sampai kita berbalik lagi ke
dalam kehidupan lama. Setiap orang beriman harus menghidupi hakikat
hidup barunya, yaitu hidup oleh Roh dan dipimpin oleh Roh agar
menghasilkan buah Roh. Bagaimana hidup oleh Roh itu diwujudkan dalam
relasi antara orang beriman, agar hidup ini menghasilkan buah Roh yang
memberkati sesama dan memuliakan Tuhan?
Ingat dan terapkanlah
firman ini sebagai petunjuk praktis hidup sehari-hari:
bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum
Kristus". Sebagai orang yang sudah dibebaskan Kristus dari dosa, kiranya
hidup kita jauh dari sikap ogois, penuh dengki, saling menggigit dan
menelan.
TUHAN MENYELAMATKAN KITA DENGAN KASIH YANG TIDAK EGOIS MAKA BETAPA TAK TAHU MALUNYA KITA APABILA HIDUP EGOIS.
Pada
waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat...iman-iman kepala
dan orang-orang Farisi telah memberikan perintah supaya setiap orang
yang tahu di mana Dia berada memberitahukannya, agar mereka dapat
menangkap Dia [Yohanes 11:55-57]
Ada kalanya kita menghadapi
masalah yang benar-benar serius, tetapi ada kalanya juga kita menghadapi
masalah-masalah kecil. Andai kita mengabaikan
semua masalah kecil, bukankah itu tidak akan memengaruhi hidup kita?
Mengapa kita harus mengizinkan hal-hal itu menyita perhatian kita,
menyedot seluruh energi dan menguras seluruh emosi? Mengapa gara-gara
berbeda cara memencet pasta gigi, suami isteri harus ribut sehingga
suasana rumah menjadi tak nyaman? Mengapa karena hanya kelewatan salah
satu acara TV yang kita sukai, kita harus marah-marah? seorang yang
bijak pernah berkata, "Jangan ambil pusing masalah, jika tidak, masalah
itu benar-benar akan membuat Anda pusing."
kita memerlukan
energi untuk melakukan hal-hal yang lebih penting. Jika kita terfokus
pada masalah-masalah kecil, banyak perkara besar yang jauh lebih penting
akan terabadikan. Bukannya meremehkan masalah-masalah kecil itu, tetapi
kita perlu sedikit lebih rileks menghadapi hidup.
Kita perlu
belajar dari Tuhan Yesus. Berkali-kali Dia dikecam dan dikritik
gara-gara masalah "sepele" Orang Farisi dan Ahli Taurat selalu
mencari-cari soal untuk menjatuhkan Yesus. Bahkan hingga menjelang akhir
pelayanannya - ancaman pembunuhan terhadap Yesus. Apakah ini membuat
Yesus terfokus pada kecaman orang Farisi? Tidak! Yesus tetap berfokus
kepada salib, sebab itu lebih penting daripada menanggapi serangan orang
Farisi. Yesus sangat pintar menata prioritas perhatian. Dengan sikap
demikian, maka hal penting tak menjadi korban hal "sepele". Maka,
energi-Nya juga tidak terkuras. mari meniru Yesus.
BERI PERHATIAN CUKUP PADA SETIAP MASALAH SESUAI PORSINYA MAKA KITA BISA BERUSAHA MAPada
waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat...iman-iman kepala
dan orang-orang Farisi telah memberikan perintah supaya setiap orang
yang tahu di mana Dia berada memberitahukannya, agar mereka dapat
menangkap Dia [Yohanes 11:55-57]
Ada kalanya kita menghadapi
masalah yang benar-benar serius, tetapi ada kalanya juga kita menghadapi
masalah-masalah kecil. Andai kita mengabaikan
semua masalah kecil, bukankah itu tidak akan memengaruhi hidup kita?
Mengapa kita harus mengizinkan hal-hal itu menyita perhatian kita,
menyedot seluruh energi dan menguras seluruh emosi? Mengapa gara-gara
berbeda cara memencet pasta gigi, suami isteri harus ribut sehingga
suasana rumah menjadi tak nyaman? Mengapa karena hanya kelewatan salah
satu acara TV yang kita sukai, kita harus marah-marah? seorang yang
bijak pernah berkata, "Jangan ambil pusing masalah, jika tidak, masalah
itu benar-benar akan membuat Anda pusing."
kita memerlukan
energi untuk melakukan hal-hal yang lebih penting. Jika kita terfokus
pada masalah-masalah kecil, banyak perkara besar yang jauh lebih penting
akan terabadikan. Bukannya meremehkan masalah-masalah kecil itu, tetapi
kita perlu sedikit lebih rileks menghadapi hidup.
Kita perlu
belajar dari Tuhan Yesus. Berkali-kali Dia dikecam dan dikritik
gara-gara masalah "sepele" Orang Farisi dan Ahli Taurat selalu
mencari-cari soal untuk menjatuhkan Yesus. Bahkan hingga menjelang akhir
pelayanannya - ancaman pembunuhan terhadap Yesus. Apakah ini membuat
Yesus terfokus pada kecaman orang Farisi? Tidak! Yesus tetap berfokus
kepada salib, sebab itu lebih penting daripada menanggapi serangan orang
Farisi. Yesus sangat pintar menata prioritas perhatian. Dengan sikap
demikian, maka hal penting tak menjadi korban hal "sepele". Maka,
energi-Nya juga tidak terkuras. mari meniru Yesus.
BERI PERHATIAN CUKUP PADA SETIAP KSIMAL UNTUK MENCAPAI TUJUAN.
Setelah Tuhan Yesus menyembuhkan orang yang sudah sakit selama 38 tahun di kolam Betesda pada hari Sabat, maka dikatakan bahwa orang-orang Yahudi lebih berusaha untuk membunuh-Nya, apalagi ketika mendengar Tuhan Yesus mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sehingga dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. Maka di ayat 19-47, Yesus memberikan kesaksian tentang diri-Nya sendiri bahwa Ia adalah sehakekat dan sederajat dengan Bapa, (1) Yesus mengatakan bahwa Ia sehakekat dengan Allah berdasarkan pekerjaan yang dilakukan-Nya (ay. 19). (2) Sama seperti Bapa yang membangkitkan orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak dan lebih lagi, kepada Anak dipercayakan tugas penghakiman supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa (ay. 21-23). (3) Bapa sendiri bersaksi tentang Anak (ay. 32,36). Sebenarnya tidak ada alasan bagi orang Yahudi menolak Yesus karena ada banyak bukti bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias yang dijanjikan itu.
Pertama, pada ayat 33, Yesus berkata bahwa sebenarnya Yohanes Pembaptis pun telah bersaksi tentang Dia, sekalipun sebenarnya Yesus tidak membutuhkan kesaksian manusia, tetapi mereka tetap menolak Dia, kedua, pada ayat 36, Yesus berkata Allah Bapa sendiri memberi kesaksian tentang Yesus melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya, tetapi hati mereka tetap bebal, ketiga, dalam ayat 39-40, Yesus berkata, Kitab Suci pun memberi kesaksian tentang diri-Nya, tetapi mereka tidak mau datang kepada-Nya untuk memperoleh hidup itu. Kesombongan mereka menutupi segala fakta yang ada dan mereka mengeraskan hati dan menolak Yesus. Bagaimana dengan diri kita? Apakah kita memandang Dia seperti yang dinyatakan-Nya? Apakah kita menghormati Dia sebagaimana Dia adanya? Seringkali kita memperlakukan Dia lebih rendah daripada status-Nya. Ketika Ia tidak memberikan apa yang kita inginkan, kita dengan gampang sekali marah pada-Nya dan memperlakukan Dia seolah-olah Dia "pesuruh" kita. Janganlah demikian!
- Siapakah sebenarnya Yesus dalam hidup kita? Apakah kita mengenal Dia sebagaimana kesaksian-Nya tentang diri-Nya? "Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya." (Yohanes 5:26)
- Berdoalah agar pemahaman kita akan siapa Yesus menjadikan hidup kita seturut dengan pemahaman kita dalam relasi kita bersama Tuhan dan hidup menyukakan hati-Nya.
Dalam teks yang kita baca hari ini, diceritakan bahwa ada seorang yang sudah 38 tahun terbaring sakit didekat kolam Betesda. Kita tidak tahu sudah berapa lama orang tersebut menunggu di dekat kolam itu. Apakah sejak awal ia sakit, jadi sudah 38 tahun? Atau sudah lima tahun atau bahkan sepuluh tahun? Tetapi yang pasti Alkitab mengatakan bahwa Yesus melihat dan tahu bahwa orang itu telah lama dalam keadaan seperti itu, padahal ia setiap hari berada dekat dengan kolam yang sewaktu-waktu katanya, apabila malaikat Tuhan turun ke kolam itu dan menggoncangkan airnya, maka siapapun dan dengan penyakit apapun, yang terdahulu masuk ke dalamnya akan sembuh. Kita memang tidak tahu ada berapa banyak orang yang juga berada di sana untuk menantikan kolam itu bergoncang.
Alkitab hanya mengatakan ada sejumlah besar orang sakit di sana. Tetapi yang jelas ada orang yang sudah sakit 38 tahun dan menantikan bekas kasih dari orang lain untuk menurunkannya ke dalam kolam Betesda, saat airnya tergoncang. Waktu demi waktu berlalu, harapan demi harapan pun menjadi sirna. Belas kasihan yang diharapkan tidak pernah kunjung datang, padahal ia berada di tempat yang bernama Betesda, yang berarti "Rumah Anugerah" atau "Rumah Kemurahan." Mungkin di antara kita ada yang merasakan hal yang sama. Di tempat di mana kita berharap dapat merasakan kemurahan dari orang-orang sekitar kita, namun yang kita rasakan malah adalah sikap permusuhan, sikap saling menjatuhkan, saling menyakiti. Mungkin itu rumah, di tempat kerja kita yang notabene banyak anak-anak Tuhannya, atau bahkan gereja sekalipun! Firman Tuhan hari ini mengingatkan kepada kita, ketika kita berbeban berat, ketika dalam kesulitan, ketika dalam penderitaan dan membutuhkan anugerah, kemurahan dan belas kasihan, datanglah kepada Yesus, karena Dialah satu-satu-Nya pribadi yang tidak akan pernah mengecewakan kita. Hari ini, ketika Dia menawarkan kepada kita, "Maukah engkau sembuh?" Apakah jawaban Anda?
- Mengapa Tuhan menyembuhkan orang yang sakit selama 38 tahun itu, sekalipun hari itu Sabat? Apa yang Tuhan ajarkan kepada kita melalui orang sakit ini?
- Berdoalah bagi diri sendiri maupun jemaat, agar melalui kehidupan kita dan jemaat Tuhan, banyak orang menemukan kemurahan dan anugerah Tuhan secara nyata dalam hidup kita, sehingga menjadi berkat...