Di
suatu desa ada dua orang saudara yang memiliki hubungan dekat. Kedua
saudara ini saling mengasihi. Saat salah satu diantaranya sedang membuka
ladang, maka yang satunya juga akan melakukan hal yang sama. Tidak ada
persaingan diantara keduanya. Yang ada hanyalah kebersamaan.
Pada saat mereka sudah dewasa, sang ayah mulai membagikan harta warisan dengan porsi si bungsu mendapat lebih banyak dari si sulung. Dua saudara ini pun menjadi bermusuhan karena menganggap sang ayah tidak lagi adil terhadap mereka.
Si sulung pun ingin terpisah jauh dari si bungsu, maka dari itu ia membuat sebuah sungai kecil yang dapat memisahkan keduanya. Akan tetapi dia merasa belum puas dengan hasil kerjanya. Secara tidak sengaja, ada seorang tukang kayu lewat di depan ladangnya.
"Hai, kau! Kemarilah! Aku ada pekerjaan untukmu!" seru si sulung kepada tukang kayu.
"Ada yang bisa saya bantu tuan?"
"Buat sebuah sungai yang jauh lebih besar dari yang sekarang dan bangunlah tembok yang tinggi. Semua peralatan dan bahan-bahan yang kau butuhkan akan aku sediakan!"
"Baik tuan"
Si sulung pun merasa puas dengan keputusannya. Dia sangat senang bila sungai itu semakin besar dan tembok tinggi itu akan membuat bayang-bayang rumah saudaranya yang berada di seberang itu menghilang dari penglihatannya. Selama 3 hari dia tidak melihat pekerjaan tukang kayu itu, sampai pada akhirnya si tukang kayu menemui dirinya.
"Sudah selesai tuan!"
"Bagus!"
"Kenapa kau membuat sebuah jembatan ini? Aku menyuruhmu membuat tembok bukan jembatan!"
Belum selesai ia berbicara dengan tukang kayu itu, dilihatnya ada seseorang yang sedang berjalan di jembatan yang baru di bangun itu. Ya, seseorang yang sudah puluhan tahun tidak ditemuinya. Seseorang itu telah membuka tangannya lebar-lebar. Ia pun mendekati jembatan dan berjalan ke arah orang itu.
"Terima kasih saudaraku, kau telah membangun jembatan yang indah ini diantara kedua rumah kita. Aku tidak menyangka kau mempunyai hati sebaik yang dulu."
Akhirnya kedua saudara itu berpelukan dan saling melepaskan maaf. Ia pun segera mencari si tukang kayu itu. Ia mendapati tukang kayu itu sedang berkemas untuk pergi.
"Kau mau kemana? Kau sudah membuat kami bersatu kembali, tinggalah lebih lama lagi dengan kami disini."
"Maaf tuan, bukannya saya menolak tawaran tuan, tapi masih banyak jembatan-jembatan lain yang harus saya bangun."
Renungkanlah!
Pada saat mereka sudah dewasa, sang ayah mulai membagikan harta warisan dengan porsi si bungsu mendapat lebih banyak dari si sulung. Dua saudara ini pun menjadi bermusuhan karena menganggap sang ayah tidak lagi adil terhadap mereka.
Si sulung pun ingin terpisah jauh dari si bungsu, maka dari itu ia membuat sebuah sungai kecil yang dapat memisahkan keduanya. Akan tetapi dia merasa belum puas dengan hasil kerjanya. Secara tidak sengaja, ada seorang tukang kayu lewat di depan ladangnya.
"Hai, kau! Kemarilah! Aku ada pekerjaan untukmu!" seru si sulung kepada tukang kayu.
"Ada yang bisa saya bantu tuan?"
"Buat sebuah sungai yang jauh lebih besar dari yang sekarang dan bangunlah tembok yang tinggi. Semua peralatan dan bahan-bahan yang kau butuhkan akan aku sediakan!"
"Baik tuan"
Si sulung pun merasa puas dengan keputusannya. Dia sangat senang bila sungai itu semakin besar dan tembok tinggi itu akan membuat bayang-bayang rumah saudaranya yang berada di seberang itu menghilang dari penglihatannya. Selama 3 hari dia tidak melihat pekerjaan tukang kayu itu, sampai pada akhirnya si tukang kayu menemui dirinya.
"Sudah selesai tuan!"
"Bagus!"
"Kenapa kau membuat sebuah jembatan ini? Aku menyuruhmu membuat tembok bukan jembatan!"
Belum selesai ia berbicara dengan tukang kayu itu, dilihatnya ada seseorang yang sedang berjalan di jembatan yang baru di bangun itu. Ya, seseorang yang sudah puluhan tahun tidak ditemuinya. Seseorang itu telah membuka tangannya lebar-lebar. Ia pun mendekati jembatan dan berjalan ke arah orang itu.
"Terima kasih saudaraku, kau telah membangun jembatan yang indah ini diantara kedua rumah kita. Aku tidak menyangka kau mempunyai hati sebaik yang dulu."
Akhirnya kedua saudara itu berpelukan dan saling melepaskan maaf. Ia pun segera mencari si tukang kayu itu. Ia mendapati tukang kayu itu sedang berkemas untuk pergi.
"Kau mau kemana? Kau sudah membuat kami bersatu kembali, tinggalah lebih lama lagi dengan kami disini."
"Maaf tuan, bukannya saya menolak tawaran tuan, tapi masih banyak jembatan-jembatan lain yang harus saya bangun."
Renungkanlah!
[BRIDGE OF LOVE]
In a village there are two brothers who have a close relationship. Both these brothers love each other. When one of them being open fields, then the other one will also do the same thing. There is no competition between them. There is only unity.
By the time they are adults, the father began to share the inheritance with the portion of the youngest gets more than the eldest. The two brothers became hostile because they think the father is no longer fair to them.
The eldest also want to separate away from the youngest, and therefore he made a small stream that can separate the two.
But he was not satisfied with his work. Inadvertently, there is a carpenter passing in front of his farm.
"Hey, you! Come here! I was a job for you!" exclaimed the eldest to the carpenter.
"Can I help you sir?"
"Create a stream that is much larger than the present and build a high wall. All the equipment and materials that you need will I provide!"
"Good lord"
The eldest was satisfied with the decision. He was very pleased when the river was increasingly large and high walls that will make the shadow of his brother's house which is across it disappeared from sight. During the three days he did not see the carpenter's job, until finally the carpenter meet him.
"It is finished master!"
"Good!"
"Why did you make this bridge? I told you to make the wall not the bridge!"
Unfinished he spoke with the carpenter, he saw someone who was walking on the new bridge in the wake of it. Yes, someone who has not seen in decades. Someone had opened his arms wide. He was approaching the bridge and walked toward him.
"Thank you brother, you have this beautiful building bridges between our two houses. I do not think you have a heart as good as the first."
Eventually the two brothers hugged each other and mutually releasing sorry. He was soon looking for the carpenter. He found the carpenter were packing up to leave.
"You want to go? You've got us back together, there lived longer with us here."
"Sorry sir, I declined the offer instead of the host, but there are many other bridges should I wake up."
Meditate!
In a village there are two brothers who have a close relationship. Both these brothers love each other. When one of them being open fields, then the other one will also do the same thing. There is no competition between them. There is only unity.
By the time they are adults, the father began to share the inheritance with the portion of the youngest gets more than the eldest. The two brothers became hostile because they think the father is no longer fair to them.
The eldest also want to separate away from the youngest, and therefore he made a small stream that can separate the two.
But he was not satisfied with his work. Inadvertently, there is a carpenter passing in front of his farm.
"Hey, you! Come here! I was a job for you!" exclaimed the eldest to the carpenter.
"Can I help you sir?"
"Create a stream that is much larger than the present and build a high wall. All the equipment and materials that you need will I provide!"
"Good lord"
The eldest was satisfied with the decision. He was very pleased when the river was increasingly large and high walls that will make the shadow of his brother's house which is across it disappeared from sight. During the three days he did not see the carpenter's job, until finally the carpenter meet him.
"It is finished master!"
"Good!"
"Why did you make this bridge? I told you to make the wall not the bridge!"
Unfinished he spoke with the carpenter, he saw someone who was walking on the new bridge in the wake of it. Yes, someone who has not seen in decades. Someone had opened his arms wide. He was approaching the bridge and walked toward him.
"Thank you brother, you have this beautiful building bridges between our two houses. I do not think you have a heart as good as the first."
Eventually the two brothers hugged each other and mutually releasing sorry. He was soon looking for the carpenter. He found the carpenter were packing up to leave.
"You want to go? You've got us back together, there lived longer with us here."
"Sorry sir, I declined the offer instead of the host, but there are many other bridges should I wake up."
Meditate!