Pages

Ads 468x60px

Minggu, 12 April 2015

SALAHKAH SAYA MENINGGALKAN GEREJA DAN CARI GEREJA LAIN?


Ini jawabnya buat sdri: Lovenda Vg Susie di Hongkong.
 

Sebagai orang percaya, perlukah kita bergereja dengan menetap disebuah gereja? Boleh kita ber-pindah-pindah gereja dengan memilih pembicara yang membuat kita bisa bertumbuh? Tentu jawaban terhadap pertanya ini bisa ber-beda-beda. Ada yang menjawab perlu, ada yang tidak, ada yang lihat-lihat dulu kondisinya. Semua jawaban memang bisa benar, tergantung dari pertimbangan apa yang menjadi landasan jawaban tersebut. Tapi sebenarnya seharusnya kita lihat secara utuh, bukan secara partial (bagian per bagian).

Dengan dasar pemahaman, bahwa gereja merupakan kumpulan orang-orang percaya (ekklesia), maka kita tidak boleh menganggap, bahwa yang namanya gereja hanya gereja ku, yang namanya saudara seiman hanya orang-orang di gerejaku, semua yang diluar gedung dan organisasi gerejaku adalah bukan gereja. Alkitab menegaskan, bahwa semua orang percaya yang telah lahir baru dan bertobat adalah saudara seiman dimanapun atau apapun gerejanya. Dengan dasar pemahaman seperti ini kita boleh saja pergi ke gereja lain yang bukan gereja kita (asal bukan gereja sesat), tapi bukan untuk berkeliling cari pembicara atau suasana yang memuaskan kita, melainkan karena alasan tertentu yang tidak memungkinkan ke gereja dimana kita bertumbuh dan beribadah, misalkan kita keluar kota atau ke negara lain.

Bila gereja dalam pengertian sebagai anggota tubuh Kristus yang saling melengkapi satu dengan yang lain, maka kita perlu untuk menetap di suatu gereja. Mengapa demikian? Karena bergereja tidak sama dengan orang yang nonton sepak bola atau nonton bioskop. Kita datang ke bioskop untuk dihibur dan dipuaskan, setelah itu kita pulang. Kita tidak punya tujuan untuk mau mengenal orang-orang yang hadir di bioskop, kita tidak punya tujuan untuk saling menolong dan melengkapi dengan mereka, kita juga tidak punya rasa persaudaraan dengan mereka. Namun bila kita ke gereja (lokal) kita masuk dalam sebuah keluarga ilahi, yang telah dipersatukan oleh darah Kristus, kita adalah saudara seiman yang wajib belajar untuk saling mengenal, mengasihi, menolong, melengkapi dalam pertumbuhan iman. Dengan menetap di satu gereja yang benar, kita mengalami pembinaan yang lebih terarah dan berkelanjutan
(continuitas), serta persekutuan yang lebih realistis di antara anak-anak Tuhan.

Untuk menjadi anggota dalam satu gereja (lokal), kita juga perlu melihat kondisi gereja yang kita hampiri. Apakah gereja itu mengajar ajaran yang benar sesuai dengan prinsip Firman Tuhan, apakah jemaat benar-benar mendapat makanan yang sehat melalui pemberitaan Firman Tuhan secara berkesinambungan yang Alkitabiah, apakah majelis di gereja tersebut menjalankan tugas dengan bertanggung jawab, apakah pengelolaan keuangan di gereja tersebut benar-benar jujur dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan prinsip Alkitab. Bila di gereja tersebut mengajarkan hal yang sesat dan majelisnya tidak bertanggung jawab dalam mengelola gerejanya, maka sebaiknya kita tidak bergereja di gereja tersebut, karena ajaran yang sesat jelas bukan hakekat dari gereja Tuhan.

Kita mau menetap di sebuah gereja (lokal) bukan karena gereja itu sempurna, bukan karena kita tahu pendetanya maha baik, bukan karena majelisnya tidak ada cacat, bukan karena tidak ada kelemahan disana-sini, tetapi karena gereja tersebut kita dapat bertumbuh dengan sehat, kita bukan hanya menerima berkat, tetapi juga dapat membagi berkat, gereja tersebut mau belajar menjalankan perannya dengan bertanggung jawab sesuai dengan prinsip Firman Tuhan.

Meskipun masih ada kelemahan disana-sini, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mau menetap di sebuah gereja, apalagi kalau alasannya kita hanya ingin mencari pembicara yang memuaskan kita atau alasan yang sangat subyektif, misalnya karena tidak suka dengan orang tertentu. Bergereja yang benar adalah membina relasi dengan saudara seiman, belajar bekerja sama, saling membangun, menasehati, menghibur, menerima satu dengan yang lain (dalam kelebihan dan kekurangan masing-masing), karena kita semua telah dipersatukan dalam darah Kristus.

Kenikmatan mendengarkan pengkotbah favorit dengan terus menerus berkeliling gereja, tidak mungkin membuat kita dapat bertumbuh dengan sehat, pertumbuhan itu merupakan pertumbuhan semu yang hanya menyentuh segi emosi atau intelektual kita yang memberikan kepuasan dan kenikmatan sementara yang egoistik. Kita hidup bukan untuk menerima berkat saja, tetapi supaya hidup kita jadi berkat. Bukan hanya jadi berkat dalam ukuran materi saja, tetapi juga jadi berkat dalam pertumbuhan relasi yang nyata sebagi anak-anak Tuhan dengan Tuhan sendiri serta anak Tuhan dengan sesama anak Tuhan yang saling melengkapi dan membangun satu dengan yang lain.

Sebaliknya menetap disatu gereja bisa juga menimbulkan kebosanan bahkan kejenuhan dan yang lebih dari itu adalah perselisihan, kebencian dan dendam terhadap orang-orang yang pernah yang menyakiti kita dan melakukan hal yang tidak kita sukai. Rasa sakit hati dan benci yang sangat dalam, dapat membuat seseorang mengambil keputusan drastis untuk meninggalkan gereja setempat dan berpindah ke gereja lain. Langkah ini bisa merupakan salah satu bentuk balas dendam secara tidak langsung dan pasif. Tuhan menghendaki kita untuk tidak menyimpan kebenciaan atau dendam jika ada orang yang menyakiti hati kita.

Jika ada sikap saling menyakiti bukan hal mengejutkan dan rahasia lagi dalam setiap gereja Tuhan. Hal itu tidak mungkin dapat dihindari, karena gereja meskipun kumpulan anak-anak Tuhan yang sudah diperbaharui hidupnya, tetapi sekaligus juga yang masih sebagai orang yang berdosa dan belum sempurna.

Masalah yang cukup penting dalam bergereja adalah bagaimana kita belajar mengadapi ketidak sempurna tersebut dengan hati yang makin bijaksana dan mau tunduk kebenaran Firman Tuhan sebagai hal yang lebih utama dari pada sekedar membela keakuan, gengsi dan pendapat kita yang subyektif.

Hal yang positif adalah memandang orang yang melawan atau menyakiti kita sebagai suatu cara Allah pakai untuk membentuk kita agar mau belajar merendahkan diri, memikul salib dan menyangkal dalam mengikuti Kristus. Gereja adalah tempat dimana kita diproses dan dididik untuk mau belajar dari Tuhan melalui berbagai macam kondisi, baik melalui keadaan berselisihan atau berdamai, dalam keadaan menyenangkan atau menyedihkan, dalam keadaan sehati ataupun pendapat yang berbeda-beda atau bahkan bertentangan, namun tetap berorientasi pada kasih dan pengorbanan Kristus.

Maka dari itu anak Tuhan yang mau mengerti arti bergereja, harus belajar menerapkan kasih Tuhan secara nyata melalui proses interaksi yang mungkin saling bergesekan dan berselisih paham. Melalui hal-hal seperti itu setiap anak Tuhan justru dididik (dibentuk) bagaimana belajar hidup makin dewasa, belajar berjiwa besar, mau merendahkan diri, belajar makin mengenal dan menerima berbagai perbedaan pendapat dan melihat semua ini merupakan suatu proses pendidikan bagi anak-anak Tuhan dalam belajar menerapkan kebenaran Firman Allah, dalam hidup bersama, saling mengasihi dan membangun sebagai sesama anak-anak Tuhan. Bila tidak pernah ada konflit, damai yang saat ini dialami hanya damai yang semu dan tidak teruji.

Yang tidak boleh lupa adalah strategi iblis yang selalu ingin menghancurkan pekerjaan Tuhan dengan memecah belah anak-anak Tuhan. Yang paling banyak terjadi di gereja adalah perselisihan diantara anak-anak Tuhan. Perselisihan itu bisa terjadi karena salah paham, bisa karena iri hati, bisa karena kecewa, bisa karena tidak dipuaskan, bisa karena kurang perhatian, bisa karena harga diri, bisa karena merasa difitnah, bisa karena kesepian, merasa ditolak dan lain-lain. Yang jelas apapun alasannya, yang penting kita tidak usah menyalahkan lingkungan kita. Alkitab berkata, bila kita sungguh-sungguh bertekun dalam jalan Tuhan, maka kita tidak akan pernah tersandung (2 Petrus 1:10), bila kita membina relasi yang hidup dan benar dengan Tuhan, kita pasti berbuah. Jadi kalau yang dihasilkan adalah kebencian, kemarahan, dendam, sakit hati, tersinggung dan lain-lain, maka yang perlu kita periksa HPDT (hubungan pribadi dengan Tuhan). Bila kita mempunyai HPDT yang benar, maka kita bukan diombang-ambingkan oleh lingkungan, tetapi kita mempengaruhi lingkungan. Selesai!

Renungkan baik-baik dan semoga bermanfaat buat Anda.

Blog Archive

Blog Archive

Pages - Menu

 
 
Blogger Templates