"Kata
Yesus kepada mereka: Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku,
ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak
akan haus lagi." - Yoh 6:35
Kisah Tuhan menurunkan manna kepada Bangsa Israel merupakan kisah di mana kita pada hari ini belajar untuk mempercayai bimbinganNya hari demi hari. Ketika kita bangun pagi hari, apakah yang ada dibenak kita: Pekerjaan yang bertumpuk, beban-beban sepanjang hari, urusan-urusan yang masih terbengkalai? Pernahkah terpikir oleh kita untuk memulai hari baru dengan merenungkan kasih Yesus yang telah berkorban untuk kita? Saat orang Israel bersungut-sungut, Tuhan menurunkan manna di perkemahan orang Israel, dan tidak ada satu orangpun yang kekurangan. Dari firman Allah, kita mengenal Yesus sebagai roti hidup, pada hari ini Ia ingin memberikan damai, kasih karunia, penghiburan dan sukacita kepada kita (dengan kata lain menurunkan manna), tetapi bila kita lebih memikirkan kepentingan-kepentingan kita sendiri - Kita melibatkan Tuhan hanya untuk membuat progam-progam kita berhasil atau dengan kata lain Tuhan bukan yang terutama dalam hidup kita, roti itu akan berulat dan berbau busuk. Kita menjadi mudah marah kepadaNya saat kita malah terjebak dalam kesulitan atau bahkan apa yang ingin kita raih tidak tercapai.
Kekhawatiran juga menyebabkan kita tidak dapat memuliakan namaNya. Orang Israel yang kuatir tidak akan mendapat manna keesok harinya, mengambil jatah yang melebihi kebutuhannya sehari, dan hasil roti itu juga tidak dapat dimakan. Saat kita tenggelam dalam kekuatiran, kita cenderung meragukan pimpinan Tuhan, dan karenanya kita mengambil langkah apa yang menurut pikiran kita benar dan masuk akal. Akibatnya, kita mudah sekali kehilangan sukacita, damai, penghiburan dan kasihNya yang sebenarnya sungguh berlimpah dan diberikan cuma-cuma bagi kita. Sesungguhnya kasih karunia Tuhan baru setiap pagi (Ratapan 3:22-23), dan pemeliharaanNya selalu tersedia bagi kita, anak-anakNya. Namun, kita akan menganggap Tuhan jahat dan tidak sayang pada kita bila hati kita hanya terisi oleh kesibukan-kesibukan duniawi serta tidak bersandar penuh kepadaNya.
Kiranya kita dapat selalu menikmati hadirat Tuhan dalam setiap pergumulan yang kita hadapi. Seperti manna yang rasanya manis, kasih Yesus kepada kita juga sangatlah manis. Semakin kita bertekun di dalamNya, hidup kita semakin lama semakin akan terasa manis. Ikutlah Yesus dan berpeganglah pada firman Tuhan agar jangan sampai hidup kita menjadi tawar, dan berarti kita telah menyia-nyiakan kematian Yesus di kayu salib. Amin!
Kisah Tuhan menurunkan manna kepada Bangsa Israel merupakan kisah di mana kita pada hari ini belajar untuk mempercayai bimbinganNya hari demi hari. Ketika kita bangun pagi hari, apakah yang ada dibenak kita: Pekerjaan yang bertumpuk, beban-beban sepanjang hari, urusan-urusan yang masih terbengkalai? Pernahkah terpikir oleh kita untuk memulai hari baru dengan merenungkan kasih Yesus yang telah berkorban untuk kita? Saat orang Israel bersungut-sungut, Tuhan menurunkan manna di perkemahan orang Israel, dan tidak ada satu orangpun yang kekurangan. Dari firman Allah, kita mengenal Yesus sebagai roti hidup, pada hari ini Ia ingin memberikan damai, kasih karunia, penghiburan dan sukacita kepada kita (dengan kata lain menurunkan manna), tetapi bila kita lebih memikirkan kepentingan-kepentingan kita sendiri - Kita melibatkan Tuhan hanya untuk membuat progam-progam kita berhasil atau dengan kata lain Tuhan bukan yang terutama dalam hidup kita, roti itu akan berulat dan berbau busuk. Kita menjadi mudah marah kepadaNya saat kita malah terjebak dalam kesulitan atau bahkan apa yang ingin kita raih tidak tercapai.
Kekhawatiran juga menyebabkan kita tidak dapat memuliakan namaNya. Orang Israel yang kuatir tidak akan mendapat manna keesok harinya, mengambil jatah yang melebihi kebutuhannya sehari, dan hasil roti itu juga tidak dapat dimakan. Saat kita tenggelam dalam kekuatiran, kita cenderung meragukan pimpinan Tuhan, dan karenanya kita mengambil langkah apa yang menurut pikiran kita benar dan masuk akal. Akibatnya, kita mudah sekali kehilangan sukacita, damai, penghiburan dan kasihNya yang sebenarnya sungguh berlimpah dan diberikan cuma-cuma bagi kita. Sesungguhnya kasih karunia Tuhan baru setiap pagi (Ratapan 3:22-23), dan pemeliharaanNya selalu tersedia bagi kita, anak-anakNya. Namun, kita akan menganggap Tuhan jahat dan tidak sayang pada kita bila hati kita hanya terisi oleh kesibukan-kesibukan duniawi serta tidak bersandar penuh kepadaNya.
Kiranya kita dapat selalu menikmati hadirat Tuhan dalam setiap pergumulan yang kita hadapi. Seperti manna yang rasanya manis, kasih Yesus kepada kita juga sangatlah manis. Semakin kita bertekun di dalamNya, hidup kita semakin lama semakin akan terasa manis. Ikutlah Yesus dan berpeganglah pada firman Tuhan agar jangan sampai hidup kita menjadi tawar, dan berarti kita telah menyia-nyiakan kematian Yesus di kayu salib. Amin!
[Enjoy the presence of the Lord]
"Jesus said to them: I am the bread of life; whoever comes to me, he will not be hungry, and whoever believes in me, he will never thirst again." - John 6:35
Acts of God sent down manna for the Israelites is the story of where we are at today learn to trust His guidance day by day.
When we woke up the morning, if that is your mind us: Work stacked, the burdens of the day, matters are still dormant? Has it occurred to us to start a new day with contemplating the love of Jesus who have sacrificed for us? When the children of Israel murmured, God sent down manna in the camp of Israel, and no one is likely to shortages. Of the word of God, we recognize Jesus as the bread of life, on this day he wanted to give peace, grace, comfort and joy to us (in other words, lowering the manna), but if we are more concerned with the interests of our own - we involve God only for launching the program we succeed or in other words God is not first in our lives, it will be wormy bread and foul smelling. We become irritable Him when we actually got stuck in trouble or even what we want to achieve is not reached.
Concerns also cause we can not glorify His name. Israel will not have to worry about the next keesok manna, take the piece that exceeds the daily needs, and the results of the bread was also not edible. When we are immersed in worries, we tend to doubt God's guidance, and therefore we take steps according to what we thought was right and reasonable. As a result, it's easy to lose the joy, peace, comfort and love that is actually quite abundant and provided free of charge for us. Indeed, God's grace new every morning (Lamentations 3: 22-23), and providence is always available to us, His children. However, we will assume the evil God and not love us if our hearts are filled only by a busy schedule of worldly activities and lean not fully to Him.
Presumably we can always enjoy the presence of God in every struggle we face. Like manna that tastes sweet, love of Jesus to us is also very sweet. The more we persevere in Him, our lives more and more will taste sweet. Follow Jesus and keep the word of God lest we become tasteless life, and means that we have wasted the death of Jesus on the cross. Amen!