Tiap
minggu seorang perangkai bunga menyiapkan rangkai bunga untuk dipajang
di altar. Gereja hanya memberi dana sedikit. Tidak jarang ia harus
menombok demi mendapat bunga terbaik. Tak heran, rangkaian bunganya
selalu tampak elegan dan berselera tinggi. Dari sudut bisnis, ia rugi.
Dengan dana minim, buat apa bersusah payah? Namun, baginya ini merupakan
pengabdian, bukan pekerjaan. Rangkai bunganya adalah persembahan, bukan sekedar barang jualan.
Dalam bekerja, umumnya orang mementingkan hak. Kerja keras harus
dibayar dengan upah pantas dan aneka fasilitas. Pengabdian lebih dari
itu. Melibatkan loyalitas dan pengorbanan. Rasul Paulus, contohnya.
Ketika memberitakan Injil, ia tidak mau bergantung pada orang lain,
meski biasanya jemaat memang mendukung kehidupan para rasul. Uang yang
menjadi haknya tidak diambil karena ia tidak mau membebani jemaat.
Akibatnya, ia harus berjualan tenda sebagai usaha sampingan. Repot!
Namun, semua itu ia jalani dengan sukacita. Sedikit pun tidak merasa
terpaksa. Paulus tidak hitung-hitungan karena ia memandang pekerjaannya
sebagai pengabdian.
Pada zaman modern ini, kata "pengabdi" kian
menjadi usang. Para pebisnis berusaha mendapat untung maksimal dengan
upaya minimal. Karyawan kerap menuntut kenaikan upah dan fasilitas,
tetapi bekerja tanpa loyalitas. Pelayanan di gereja pun kerap dilakukan
orang ala kadarnya, tanpa pengorbanan. Andai kita memandang pekerjaan
sebagai kesempatan dan berkat, seperti Paulus, pasti cara kita bekerja
akan berbeda. Dengan sepenuh hati. Seperti untuk Tuhan, bukan untuk
manusia.
PEKERJAAN YANG DILAKUKAN DENGAN SEPENUH HATI MEMBERI KEPUASAN LEBIH DARI SEKEDAR MENERIMA GAJI.