Pages

Ads 468x60px

Jumat, 01 Agustus 2014

APA YANG MENAJISKAN?


"....Tidak ada sesuatu pun dari luar, yang masuk ke dalam diri seseorang, dapat menajiskannya; tetapi hal-hal yang keluar dari dalam diri seseorang, itulah yang menajiskannya."__Markus 7:15
Di negara kita yang religius, isu makanan bukan hanya dikaitkan dengan kesehatan, melainkan juga dikaitkan dengan kekudusan. Sepasang suami-istri di gereja saja bertengkar gara-gara tidak sepakat tentang boleh tidaknya makan nasi tumpeng hajatan tetangga yang melibatkan ritual mistis. Bagaimana seyogyanya sikap kita?

Orang Farisi dan ahli Taurat mengkritik Yesus karena para murid makan dengan tangan yang najis karena belum dibasuh sehingga makanan mereka pun menjadi haram (ay. 1-13). Yesus menjawab bahwa semua makanan halal (ay. 15). Ternyata permasalahannya lebih para daripada sekedar makanan. Hati manusia sudah najis dan tercemar. Apa pun yang keluar dari hati yang najis, meskipun secara lahiriah tampak suci, tetap saja najis.

Hukum Taurat adalah simbol yang menunjuk pada Sang Mesias. Yesus menggenapinya melalui karya keselamatan-Nya, yang menyediakan solusi bagi kenajisan hati manusia. Kita tidak lagi dinajiskan atau dikuduskan oleh makanan; kita dikuduskan oleh pencurahan darah Kristus di kayu salib. Pengudusan ini berlaku pula dalam konteks yang lebih luas. Kerajan Allah yang datang bersama dengan Yesus kristus berkenan dengan kesucian hati, kekudusan motivasi, bukan lagi kesucian eksternal atau jasmani.

Di dalam Kerajaan Allah, kita tidak perlu meributkan soal haramnajisnya makanan. Jika khawatir menjadi "batu sandungan", kita dapat menghindari makanan tertentu. Namun, selama makanan tersebut layak dan sehat, kenapa enggan menyantapnya?

KESALEHAN PALSU MENOLAK YANG NAJIS MASUK,
KESUCIAN SEJATI MENGUNDANG MESIAS YANG KUDUS MASUK
                                            Tuhan memberkati

Blog Archive

Blog Archive

Pages - Menu

 
 
Blogger Templates