1. Kamu yang iri hati, aku katakan kepadamu bahwa
bagaimanpun seringnya kamu mencari kesempatan untuk
mencelakakan dia yang kamu benci, kamu tidak akan
pernah dapat mencelakakan dia sebanyak kamu
mencelakakan dirimu sendiri.
2. Dia yang hendak kamu hukum dengan kekejian
kedengkianmu, mungkin saja lolos, tetapi kamu tidak akan
pernah lari dari dirimu sendiri. Dimana pun kamu berada,
musuhmu ada bersamamu, dosa-dosamu mengganggumu
dari dalam. Pastilah suatu kejahatan yang egois menganiaya
seorang yang dilindungi Tuhan dalam naungan rahmat-Nya;
Dan menjadi suatu dosa yang tak tersembunyikan dengan
membenci orang yang Tuhan kehendaki hidup bahagia.
3. Iri hati berkembang biak pula merugikan diri, iri hati
adalah akar dari segala kejahatan, sumber dari segala
kekacauan dan kemalangan yang tak habis-habisnya,
penyebab dari sebagian dosa yang dilakukan. Iri hati
memperanakkan kebencian dan dendam. Dari iri hati
diperanakkan ketamakan, sebab ia memandang dengan
mata yang jahat penghormatan dan penghargaan yang
diberikan kepada orang lain, dan beranggapan bahwa
penghormatan yang sedemikian itu seharusnya, sepantasnya,
diberikan kepada dirinya. Dari iri hati datanglah sikap
menghina Tuhan dan mencemooh ajaran keselamatan Juru
selamat kita.
4. Seorang yang iri hati adalah seorang yang keji, sombong,
tidak setia, tidak sabar, dan suka bertikai; Dan anehnya,
apabila kelemahan ini berkuasa, orang tak akan lagi
menjadi Tuhan atas dirinya, dan orang tak dapat
memperbaiki kesalahannya yang begitu banyak itu, apabila
ikatan damai diputuskan, apabila hak-hak kasih
persaudaraan dilanggar, apabila kebenaran diselewengkan
atau disamarkan, seringkali iri hatilah yang mendorong
orang untuk bergegas dijalan kejahatan.
5. Kebahagiaan apa yang dapat dinikmati orang macam itu di
dunia? Iri hati atau dengki pada orang lain. Karena orang
lain saleh dan bahagia, berarti membenci kasih karunia dan
berkat yang telah Tuhan limpahkan atas orang lain.
6. Tidakkah ia menghukum dirinya sendiri apabila ia melihat
kesuksesan dan kesejahteraan sesamanya? Tidakkah ia
menimpakan atas dirinya sendiri aniaya yang tak
berkesudahan? Tidakkah pikiran-pikirannya, akal budi,
terus menerus tersiksa?.
7. Ia menghukum dirinya sendiri tanpa ampun, dan dalam
hatinya, melakukan yang sama seperti yang oleh keadilan
Ilahi diperuntukkan bagi penghukuman penjahat-penjahat
besar.
Tuhan memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar