"Badai" yang dialami Daud pada pasal ini memang sangat berat dan menyedihkan. Ketika Daud tiba di Ziklag (tempat tinggalnya), Ziklag telah dikalahkan dan dibakar habis oleh Amalek. Bahkan semua orang telah ditawan, termasuk kedua istri Daud. Yang lebih menyesakkan adalah, semua rakyat yang baru saja menemani Daud perang, mereka sangat marah kepada Daud dan hendak melemparinya dengan batu. Daud sangat terjepit. Daud telah kehilangan segalanya. Keluarga, harta, dukungan dan kepercayaan dari rakyat.
Namun, sebenarnya "badai" yang Daud alami saat itu adalah akibat dari kesalahan sendiri. Kesalahan Daud berawal ketika ia ingin menyelamatkan diri dari kejaran Saul dan memutuskan untuk berlindung di negeri orang Filistin (1 Sam. 27:1). Bukankah orang Filistin adalah musuh utama Israel? Bukankah beberapa tahun sebelumnya Daud yang mengalahkan Goliat? Tapi sekarang justru Daud meminta perlindungan kepada Akhis, raja kota Gat (1Sam. 27:2), bahkan mau berkompromi dan menjadi hamba raja Akhis. Daud tinggal di negeri orang Filistin (Ziklag) selama 16 bulan, dan selama itu tidak dicatatkan Daud berdoa, memohon pimpinan dan pertolongan Tuhan. Daud lebih mengandalkan musuhnya untuk melidungi dirinya, daripada mengandalkan Tuhan. Daud kehilangan kepercayaannya kepada Tuhan. Itulah "angin" (dosa) yang telah Daud taburkan, dan sekarang Daud menuai "badai". Di saat badai menerpa inilah, Daud kembali ingat Tuhan. Daud menguatkan kepercayaan kepada Tuhan (ay. 9-18).
Melalui kisah Daud ini kita belajar: Pertama, berhati-hatilah, janganlah kita menabur angin (berbuat dosa), karena kita akan menuai badai (akibat). Kedua, jika saat ini kita sedang menghadapi berbagai banyak masalah, segeralah introspeksi diri, apakah itu akibat dari dosa kita? Jika ya, segera bertobat. Ketiga, saat menghadapi pergumulan, datanglah pada Tuhan, percayalah kepada-Nya, mintalah pimpinan Tuhan untuk menghadapinya, dan taatilah senantiasa kepada Tuhan.
Namun, sebenarnya "badai" yang Daud alami saat itu adalah akibat dari kesalahan sendiri. Kesalahan Daud berawal ketika ia ingin menyelamatkan diri dari kejaran Saul dan memutuskan untuk berlindung di negeri orang Filistin (1 Sam. 27:1). Bukankah orang Filistin adalah musuh utama Israel? Bukankah beberapa tahun sebelumnya Daud yang mengalahkan Goliat? Tapi sekarang justru Daud meminta perlindungan kepada Akhis, raja kota Gat (1Sam. 27:2), bahkan mau berkompromi dan menjadi hamba raja Akhis. Daud tinggal di negeri orang Filistin (Ziklag) selama 16 bulan, dan selama itu tidak dicatatkan Daud berdoa, memohon pimpinan dan pertolongan Tuhan. Daud lebih mengandalkan musuhnya untuk melidungi dirinya, daripada mengandalkan Tuhan. Daud kehilangan kepercayaannya kepada Tuhan. Itulah "angin" (dosa) yang telah Daud taburkan, dan sekarang Daud menuai "badai". Di saat badai menerpa inilah, Daud kembali ingat Tuhan. Daud menguatkan kepercayaan kepada Tuhan (ay. 9-18).
Melalui kisah Daud ini kita belajar: Pertama, berhati-hatilah, janganlah kita menabur angin (berbuat dosa), karena kita akan menuai badai (akibat). Kedua, jika saat ini kita sedang menghadapi berbagai banyak masalah, segeralah introspeksi diri, apakah itu akibat dari dosa kita? Jika ya, segera bertobat. Ketiga, saat menghadapi pergumulan, datanglah pada Tuhan, percayalah kepada-Nya, mintalah pimpinan Tuhan untuk menghadapinya, dan taatilah senantiasa kepada Tuhan.
- Mengapa Tuhan mengizinkan "badai" menerpa Daud? Apakah itu adalah hukum Tuhan atau karena kasih Tuhan?
- Berdoalah bagi setiap orang Kristen, agar mereka menjaga kekudusan hidup dan senantiasa takut akan Tuhan, sehingga kehidupan mereka menjadi kesaksian yang nyata bagi orang sekitarnya. Tuhan memberkati.