datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga [Matius 6:10]
Di dalam pergaulan sesehari, jawaban standar atas pertanyaan "apa kabar" adalah: baik-baik saja. " Jawaban ini sering muncul tanpa dipikir dan belum tentu menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Ini sudah menjadi basa-basi yang sangat umum sehingga artinya sudah tidak dipedulikan. Demikian juga pada waktu kita mengucapkan Doa Bapa Kami. Sejauh mana kita memahami setiap kata yang ada disana? Apakah kita menyadari setiap implikasi dari kata-kata tersebut? Kata "datanglah kerajaan-Mu" misalnya.
Kerajaan Allah berbeda dengan kerajaan atau pemerintah ala dunia. Kerajaan Allah tidak bisa dibatasi teritori tertentu. Ia menembus batas negara, ras, dan budaya. Pertambahan penduduknya bukan karena menaklukan melainkan karena pertobatan dan pembenaran. Perluasannya juga bukan karena kekuatan dan kekerasan prajurit melainkan karena kasih dan kedamaian yang dipancarkan warganya. Ini adalah kerajaan yang senantiasa peduli dengan perubahan warganya. Kehidupan yang diwarnai dengan ketundukan kepada Sang Raja. Salah satu bentuk pengakuan akan ke-Raja-an Allah adalah mengizinkan kehendak-Nya berlaku atas kita.
Kalau kita adalah warga kerajaan Allah yang sejati, maka seharusnya itulah kerinduan kita yang terdalam. Kita rindu melihat kehadiran dan pemerintah Tuhan makin terwujud dalam lingkungan keluarga, komunitas, kota, bangsa, dan juga dalam hidup kita. Apa yang sudah kita perbuat untuk mewujudkannya? Mulailah dengan sujud berdoa: "Datanglah Kerajaan-Mu," lalu bangkit dan menjadi sarana perwujudan atas apa yang kita doakan
"Sebagai warga kerajaan Tuhan mari doakan apa yang rindu kita wujudkan dan wujudkan apa yang telah kita doakan"
Di dalam pergaulan sesehari, jawaban standar atas pertanyaan "apa kabar" adalah: baik-baik saja. " Jawaban ini sering muncul tanpa dipikir dan belum tentu menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Ini sudah menjadi basa-basi yang sangat umum sehingga artinya sudah tidak dipedulikan. Demikian juga pada waktu kita mengucapkan Doa Bapa Kami. Sejauh mana kita memahami setiap kata yang ada disana? Apakah kita menyadari setiap implikasi dari kata-kata tersebut? Kata "datanglah kerajaan-Mu" misalnya.
Kerajaan Allah berbeda dengan kerajaan atau pemerintah ala dunia. Kerajaan Allah tidak bisa dibatasi teritori tertentu. Ia menembus batas negara, ras, dan budaya. Pertambahan penduduknya bukan karena menaklukan melainkan karena pertobatan dan pembenaran. Perluasannya juga bukan karena kekuatan dan kekerasan prajurit melainkan karena kasih dan kedamaian yang dipancarkan warganya. Ini adalah kerajaan yang senantiasa peduli dengan perubahan warganya. Kehidupan yang diwarnai dengan ketundukan kepada Sang Raja. Salah satu bentuk pengakuan akan ke-Raja-an Allah adalah mengizinkan kehendak-Nya berlaku atas kita.
Kalau kita adalah warga kerajaan Allah yang sejati, maka seharusnya itulah kerinduan kita yang terdalam. Kita rindu melihat kehadiran dan pemerintah Tuhan makin terwujud dalam lingkungan keluarga, komunitas, kota, bangsa, dan juga dalam hidup kita. Apa yang sudah kita perbuat untuk mewujudkannya? Mulailah dengan sujud berdoa: "Datanglah Kerajaan-Mu," lalu bangkit dan menjadi sarana perwujudan atas apa yang kita doakan
"Sebagai warga kerajaan Tuhan mari doakan apa yang rindu kita wujudkan dan wujudkan apa yang telah kita doakan"